Friday, February 26, 2010

Risalatul Mu'awanah (XX)

Fasal 20 Dan wajib bagi untuk segera melaksanakan apa yang difardukan Allah Ta’ala kepadamu pada ibadah haji dan umrah apabila kamu mampu untuk melaksanakannya, dan jangan sampai kamu mengakhirkannya hingga kamu lemah/tidak mampu atau meninggal dunia sedangkan kamu belum melaksanakan, setelah kamu sebenarnya mampu untuk melakukannya. Maka kamu masih memiliki tanggungan karena kamu tidak melaksanakannya. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Barang siapa yang tidak terhalang oleh hajat yang jelas, atau terhalang karena sakit yang menahannya, atau karena disebabkan Sulthan yang jahat, kemudian ia mati dan belum melaksanakan ibadah haji, maka matilah ia dalam keadaan yahudi atau nasrani”. Dan harus juga kamu melaksanakan sunah-sunah dalam ibadah haji dan umrah sebagaimana ibadah yang lain untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Dan wajib bagi kamu apabila kamu telah berkehendak untuk melaksanakan hajji untuk mempelajari wajib haji dan sunah haji dan beberapa bacaan amaliahnya (dzikirnya), dan mempelajari beberapa rukhsah dalam perjalanan dan etika dalam bermusafir. Dan janganlah engkau bermaksud mencampurkan antara ibadah haji dengan niat berdagang akan tetapi sepatutnya tidak mengikuti engkau sesuatupun untuk kesenangan duniawi kecuali bekal sekedar mencukupi selama perjalanamu Dan kalua tidak boleh tidak engkau harus membawa bekal, maka jauhilah dari sesuatu yang merepotkanmu atau membuatmu sibuk dari melaksanakan manasik haji dan melalaikanmu dari meng-agungkan syi’ar Allah sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh orang yang melaksanakan manasik haji. Dan wajib bagi kamu berziarah ke makam RasuluLlah SAW karena menziarahi beliau ketika sudah wafat sama dengan menziarahi beliau ketika masih hidup, dan sesungguhnya beliau hidup di dalam kuburnya, demikian pula nabi-nabi yang lain. Dan termasuk kerugian jika engkau menziarahi BaituLlah dan meninggalkan berziarah kepada kekasih Allah tanpa uzur. Dan ketahuilah bahwa jika engkau datang dari pelosok negeri muslim yang sangat jauh untuk (untuk berziarah kepada RasuluLlah SAW), maka yang demikian ini belumlah memenuhi syukurmu atas ni’mat hidayah yang diberikan Allah Ta’ala kepadamu melalui tangan beliau SAW. Dan wajib bagi kamu apabila hendak melakukan urusan yang sangat penting seperti shafar (musafir) atau menikah dan lain sebagainya, hendaklah engkau bermusyawarah dengan orang yang ahli dalam masalah tersebut diantara saudara-saudaramu. Maka apabila engkau telah sepakat dengan pendapat mereka, lakukanlah shalat dua rekaat diluar shalat fardhu dengan niat istikharah dan berdoalah sesudah shalat dengan do’a yang sudah masyhur. Sebagaimana telah bersabda RasuluLlah SAW yang artinya, “Tidak akan merugi orang yang beristikharah, dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah”. Dan wajib bagi kamu apabila kamu memiliki nadzar kepada Allah dengan nadzar melakukan shalat atau shadaqah atau amalan baik lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, maka bersegeralah melaksanakan nadzar tersebut dan jangan berlama-lama menunda pelaksanaannya karena setan akan menggelincirkanmu untuk tidak melaksanakan nadzar itu. Kemudian apabila kamu bersumpah akan mengerjakan sesuatu amal perbuatan kemudian kamu melihat bahwa akan lebih baik jika kamu meninggalkannya, kemudian kamu melihat kembali bahwa lebih baik mengerjakannya, maka bayarlah kafarat atas sumpah itu dan laksanakan apa yang menurut kamu baik untuk dilakukan. Dan takutlah kamu mengadakan sumpah atau bersaksi atas dasar persangkaan meskipun itu juga berdasarkan kebiasaan yang terjadi apalagi hanya atas dasar sesuatu yang meragukan. Kemudian apabila kamu bersumpah yang menyebabkan pengambilan harta orang muslim, maka kembalikanlah harta yang telah kamu ambil dan berikan kafarat artas sumpahmu. Adapun kafaratnya adalah memberi makanan kepada 10 orang miskin, masing-masing satu mud , atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan budak. Apabila kamu tidak mendapati semua itu, maka berpuasalah tiga hari. Dan takutlah kamu...takutlah kamu...sekali lagi takutlah kamu dengan sumpah palsu untuk kejahatan karena sesungguhnya hal demikian akan menjerumuskan orang yang melakukannya ke dalam neraka jahanam. Kemudian takutlah dengan sebenar-benar takut untuk bersaksi palsu karena itu termasuk dosa besar diantara beberapa dosa besar, dan sungguh RasuluLlah SAW telah menyamakan perbuatan itu dengan menyekutukan Allah (syirik) kepada Allah Ta’ala. Jika menyembunyikan persaksian itu termasuk dosa besar, maka bagaimana pendapatmu dengan orang yang bersaksi palsu. Kita memohon kepada Allah Ta’ala kesentosaan dan keselamatan sebelum kita mendapatkan penyesalan. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (XIX)

Fasal 19 Dan wajib bagi kamu memperbanyak amal kebajikan terutama pada bulan ramadhan karena pahala ibadah sunah pada bulan ini sebanding dengan pahala ibadah fardhu pada bulan lain. Dan sesunggunya pada bulan ramadhan sangat banyak dan mudah untuk dihasilkan amal kebajikan yang tidak dapat dicapai pada bulan-bulan lain. Dan tidak ada yang dapat menyamai keutamaan bulan ramadhan. Yang demikian ini karena nafsu yang malas melakukan kebajikan akan terpenjara disebabkan karena lapar dan haus, dan syaitan yang menghalangi amal baik telah terbelenggu. Dan pintu neraka tertutup, serta pintu surga terbuka. Dan Penyeru selalu memanggil pada setiap malam atas perintah Allah, “Wahai orang yang senang kebajikan kemarilah, dan wahai orang yang gemar akan kejahatan tinggalkanlah.” Dan selayaknya di bulan ramadhan ktidak memanfaatkan aktifitas melainkan untuk amal akhirat , dan tidak melakukan kegiatan duniawi kecuali karena keadaan dharurah. Dan jadikanlah kesibukanmu mencari kehidupan dunia di luar bulan ramadhan sebagai perantara untuk mendapatkan kelapangan beribadah di bulan ramadhan terutama pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan dengan memperbanyak iqbal (menghadap) kepada Allah dan menetapi ibadah kepada-Nya. Dan apabila memungkinkan bagimu untuk tidak keluar dari masjid pada sepuluh hari terakhir kecuali untuk keperluan yang tidak dapat ditinggalkan, maka lakukanlah. Dan wajib bagi kamu untuk melaksanakan shalat tarawih pada setiap malam di bulan ramadhan. Dan telah menjadi kebiasaan pada sebagian negeri dengan meringkasnya bahkan sampai terjadi karena sebab yang demikian (meringkas dan mempercepat shalat) sehingga meninggalkan sebagian rukun shalat apalagi pada amalan sunahnya. Dan telah diketahui bersama amaliyah para ulama salaf bahwa mereka membaca al-Qur’an mulai dari awal bulan ramadhan sampai akhir ketika shalat. Setiap malam mereka membacanya sehingga khatam pada beberapa hari pada akhir bulan. Jika memungkinkan bagimu untuk mengikuti jalan mereka (ulama salaf) maka lakukanlah. Dan apabila kamu tidak mampu, maka cukupkan dengan menyempurnakan rukun shalat dan menjaga diri untuk melaksanakannya, dan terlebih lagi pada malam lailatul qadar yang lebih utama dan lebih baik daripada 1000 bulan. Malam itu adalah malam barakah dimana pada saat itu diputusakkn segala urusan. Barang siapa yang dibukakan hatinya sehingga dapat mengalami, merasakan dan melihatnyanya, maka akan tampaklah baginya bahwa cahayanya sangatlah terang benderang dan pintu langit terbuka, dan para malaikat terbang naik dan turun dan terkadang dapat melihat bahwa yang wujud semuanya bersujud kepada Allah yang menciptakannya. Dan pendapat jumhur ulama mengatakan bahwa yang demikian ini terjadi pada 10 hari terakhir bulan ramadhan dan terutama pada malam ganjil. Dan telah disingkapkan pada sebagian ‘aarifiin bahwa malam tersebut jatuh pada malam 17, demikian pendapat Imam Hasan Al Bashri RA. Dan berkata pula sebagian ulama, bahwa malam itu terjadi pada malam pertama bulan ramadhan. Dan menurut pendapat sebagian besar ulama bahwa malam tersebut tidaklah malam tertentu akan tetapi berganti-ganti pada malam bulan ramadhan. Mereka berpendapat dengan dirahasiakannya malam lailatul qadar dengan maksud agar orang mukmin akan bersungguh-sungguh menghadap kepada Allah Ta’ala dan ta’at kepada-Nya pada setiap malam dengan harapan akan berjumpa dengan malam yang penuh barakah ini. Dan wajib bagi kamu segera berbuka apabila telah diyakini tenggelamnya matahari, dan mengakhirkan sahur selama tidak ragu – ragu. Dan hendaklah memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa meskipun hanya dengan sebiji kurma atau seteguk air karena orang yang memberi makanan kepada orang untuk berbuka puasa pahalanya sama dengan orang yang berpuasa dan tidak dikurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa. Dan berusahalah agar berbuka atau memberi orang untuk berbuka melainkan dengan makanan yang halal. Dan wajib bagi kamu menyedikitkan makan dan menikmati yang ada secara halal tanpa memilih-milih makanan yang lezat karena maksud puasa adalah melemahkan nafsu. Sedangkan makanan ayng enak dan lezat tidak dapat menghancurkan hawa nafsu akan tetapi malah membuatnya kuat. Dan wajib bagi kamu melakukan puasa pada hari-hari yang diterangkan dalam syari’at islam dengan merasa senang untuk melakukannya seperti hari ‘arafah bagi orang yang tidak pergi haji, dan hari ‘asyura dan tasu’a dan 7 hari pada bulan syawal dan dimulai setelah hari kedua dari hari ‘id karena sesungguhnya yang demikian ini sangat besar faedahnya untuk memerangi hawa nafsu. Dan suatu kebaikan bagimu untuk berpuasa selama tiga hari pada setiap bulan, karena puasa seperti ini sama dengan puasa satu tahun. Dan dapat dipilih pula pada ayyamul baidh maka hal ini lebih utama dan lebih baik karena sesungguhnya RasuluLlah SAW tidak meninggalkannya baik ketika beliau bepergian maupun di rumah. Dan bagimu melakukan puasa mutlak tidak terkecuali pada waktu yang utama seperti pada bulan haram dan hari-hari yang mulia yaitu hari senin dan kamis. Dan ketahuilah bahwa puasa adalah Quthbu Riyadhah dan asaasul mujaahadah (Dasar/pondasi) mujahadah. Dan sungguh telah datang penjelasan bahwa puasa adalah ½ dari sabar. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan kebaikannya sepuluh kali sampai 700 kali lipat . berfirman Allah Ta’ala,”Kecuali puasa, sesungguhnya ia/puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberinya pahala. Mereka meninggalkan syahwatnya dan makanannya dan minumannya karena Aku”. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan, pertama ketika berbuka dan kedua ketiak bertemu Tuhannya. Dan bau mulut orang yang berpuasa adalah lebih harum nilainya di hadapan Allah SWT daripada minyak misk.Dialah Allah yang berfirman dengan kebenaran dan Dia pulalah yang menunjukkan jalan yang lurus. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (XVIII)

Fasal 18 Dan wajib bagi kamu jika kamu memiliki harta yang harus dibeikan zakat maka keluarkanlah zakat itu. Karena yang demikian ini akan memperbaiki hatimu, dengan maksud dalam mengeluarkan zakat teresebut adalah karena Allah,dan menyegerakan pengeluaran itu tanpa menunda pelaksanaannya. Jika kamu dapat melaksanakan hal ini maka akan tampak barakah dari hartamu dan akan berlipat ganda bagimu kebaikan dan jadilah hartamu terpelihara dari segala mara bahaya. Dan wajib bagi kamu mengumpulkan harta hingga sampai nisab kemudian mengeluarkan zakatnya dan jauhilah perilaku kebanyakan anak dunia karena diantara mereka ada yang tidak menyempurnakan hartanya (hingga nisab) sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat. Dan janganlah kamu memakan hasil buah-buahan dan tanaman kamu yang telah mencapai nishab hingga engkau mengetahui dengan pasti jumlahnya (yang wajib engkau zakati). Dan ketahuilah sesungguhnya orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat kemudian ia tidak memberikan kepada yang berhak padahal ia mengetahui, atau ia menggunakan harta itu untuk kesenangan hawa nafsu, seperti orang yang memberikannya kepada orang lain untuk mendapatkan keuntungan yang segera, maka tiada sekali-kali ia keluar dari dunia (meninggal) melainkan ia akan disiksa dengan hartanya itu. Dan sesungguhnya adzab akhirat itu lebih besar seandainya mereka mengetahui. Jika yang demikian ini keadaan orang yang mengeluarkan zakat tidak pada tempatnya, maka bagaimana pula keadaan orang yang yang tidak mau mengeluarkan zakat, mereka itulah orang-orang yang telah membeli kesesatan dengan petunjuk , maka tiadalah keuntungan bagi perniagaan mereka dan tiadalah mereka mendaparkan petunjuk. Dan telah berulang kali datang penjelasan bahwa orang yang tidak mengeluarkan zakat, keadaannya sama seperti orang yang meninggalkan shalat dalam hal keburukannya. Dan telah berkata Abu Bakar, mengenai orang yang meninggalkan zakat, beliau menamainya dengan ahlul riddah (orang yang murtad) na’udzubiLlah min dzalik. Dan wjib bagi kamu mengeluarkan zakat fitri untuk dirimu dan untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu dalam hal nafakah, dan yang demikian ini jika kamu mampu. Dan wajib bagi kamu memperbanyak sedekah, dan bersedekahlah pula kepada saudara / kerabat yang membutuhkan, dan kepada ahlul khair yang kekurangan harta karena sedekah yang demikian ini dapat membersihkan dirimu dan banyak pahalanya jika diserahkan kepada mereka. Dan wajib bagi kamu bersedekah dengan sesuatu yang engkau cintai dan yang engkau rasa berat mengeluarkannya agar kamu mendapat kebaikan dari Allah Ta’ala. Telah berkata Allah Ta’ala, “Tidak akan mendapat kebaikan sehingga engkau mau menginfakkan harta yang kamu cintai “. Dan terlebih lagi (bersedekah dengan sesuatu yang) engkau sendiri membutuhkannya. Jika kamu dapat melaksanakan hal ini maka kamu akan termasuk orang-orang yang beruntung. Dan terlebih lagi bersedekah secara tersembunyi (tidak diketahui orang lain) karena sadaqatul asrar dapat meredam amarah Tuhan dan berlipat ganda 70 kali lipat daripada sadaqah secara terang-terangan, dan selamat dari godaan riya’ yang merusakkan amal . Dan jangan lewatkan untuk bersedekah setiap hari dengan sesuatu meskipun sedikit. Dan jangan engkau sia-sia para peminta-minta yang berdiri di depan pintu rumahmu meskipun engkau hanya mampu memberikan sebiji kurma apa lagi yang lebih besar dari itu (kurma). Karena sesungguhnya ia (peminta-minta) adalah hadiyah/pemberian Allah Ta’ala untukmu. Jika engkau tidak memiliki sesuatu yang engkau berikan maka tolaklah ia denga cara yang baik dengan tutur kata yang halus dan janji yang bagus. Dan jika engkau memberi sesuatu kepada orang miskin maka perlihatkanlah perasaan senang kepadanya dan tumbuhkan kesadaran pada dirimu bahwa itu semua itu adalah suatu keselamatan bagimu dengan diterimanya pemberianmu. Dengan demikian kamu akan berhasil mendapatkan pahala. Bahkan jika engkau memiliki dunia dan seisinya niscaya lebih besar dan lebih utama pahala ini. Dan telah datang penjelasan bahwa terkadang satu suap pahalanya dihadapan Allah Ta’ala lebih besar daripada gunung uhud. Dan janganlah engkau enggan (tidak mau) berzakat karena takut jatuh miskin karena sesungguhnya zakat itulah yang akan menarik berkah kepada kekayaan . dan sesungguhnya orang yang meninggalkan zakat itulah sesungguhnya mereka menarik dirinya kepada kefakiran. Dan ketahuilah sesungguhnya pada sedekah terdapat beberapa manfaat baik yang segera maupun untuk kemudian. Adapun manfaat yang dekat adalah dapat menambah rizki dan umur dan mencegah mati dalam keadaan buruk dan menyehatkan badan dan harta menjadi barakah. Dan manfaat jangka panjang adalah dapat melebur dosa/kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan api, dan kelak dapat menjadi payung di atas kepalanya (tempat berteduh) di hari kiyamat dan menjadi tirai penghalang dari siksa neraka dan lain-lain manfaat. Dan tidak dapat mengambil pelajaran akan hal ini kecuali orang-orang yang cerdas dan beruntung. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (XVII)

Fasal 17 Makam Sayyidy Abu Darda RA Dan wajib bagimu apabila engkau melakukan shalat di belakang imam, untuk memperbaiki dan memperbagus mutaba’ah (mengikuti) imam. Karena sesungguhnya dijadikan imam adalah untuk dita’ati dan diikuti. Dan takutlah engkau dengan mengiringinya dalam segala sesuatu perbuatan imam apalagi mendahuluinya. Dan seharusnya engkau menjadikan semua perbuatan di dalam shalat selalu mengikuti imam. Sesungguhnya telah bersabda RasuluLlah SAW bahwa orang yang menunduk maupun mengangkat dirinya sebelum imam sesungguhnya ubun-ubun / kepala orang tersebut berada di tangan setan. Dan wajib bagi kamu untuk bersegera menempati shaf awal dan takutlah engkau mengakhirkannya sedangkan engkau mampu melakukannya. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Tiada henti-henti suatu kaum mengakhirkan (dari shaf awwal) hingga Allah mengakhirkannya” (dari keutamaan dan rahmat) nya. Telah bersabda RasuluLlah SAW “Sesungguhnya Allah Ta’ala bershalawat / memberikan rahmatnya kepada shaf y yang paling depan”. Dan sesungguhnya RasuluLlah SAW memintakan ampun bagi shaw awwal sebanyak tiga kali dan shaf ke dua satu kali. Dan bagimu memperhatikan shaf dan meluruskannya . dan apabila engkau menjadi imam maka memerintahkan meluruskan shaf adalah sesuatu yang diharuskan dan ini adalah perkara yang penting di dalam syari’at islam akan tetapi kebanyakan menusia lalai darinya. Dan sungguh RasuluLlah SAW bersungguh-sungguh dalam hal ini mengaplikasikannya seraya bersabda, “Hendaklah engkau sekalian meluruskan shafmu, atau semoga Allah mempersatukan di antara hatimu” dan beliau memerintahkan untuk menutup shaf yang berlubang dan beliau berkata, “Demi Dzat yang diriku berada di tanganNya sesungguhnya aku melihat setan masuk di sela-sela shaf seakan-akan ia seperti Al-Khadzf (seekor kambing kecil.” Dan wajib bagimu untuk menjaga shalat lima waktu dengan berjama’ah dan terus menerus demikian karena sesungguhnya shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajad sebagaimana diterangkan dalam hadist shahih. Dan takutlah engkau meninggalkan shalat berjama’ah tanpa udzur atau dengan alasan yang tidak baik / merusak. Dan ketika engkau mendatangi tempat jama’ah sedangkan engkau telah mendapati dirimu dalam keadaan telah melakukan shalat di dalam rumahmu atau engkau duduk di dalam rumahmu untuk berdzikir demi keselamatan agamamu maka sebaiknya engkaupun mengikuti orang yang melakukan shalat jama’ah agar engkau mendapatkan pahala berjama’ah dan engkau selamat dari ancaman bagi orang yang meninggalkannya. Seperti sabda RasuluLlah SAW bolehlah memilih suatu kaum antara mencegah kaum dari shalat jama’ah atau dibakar rumah mereka. Dan sebagaimana pula sabda RasuluLlah SAW, “Barang siapa yang mendengar seruan adzan dan tidak menjawab (dengan shalat berjama’ah) maka tiadalah shalat baginya”. Dan perkataan sahabat Ibnu Abbas RA, “Sungguh engkau telah melihat kami dan apa yang tertinggal dibelakang (yakni tertinggal dalam shalat berjama’ah) melainkan mereka itu munafik . Dan telah berlaku pada zaman RasuluLlah SAW tentang perbedaan antara dua orang yang mendapatkan hidayah yaitu dengan bagaimana sikapnya dalam berdiri di shaf ketika berjama’ah. Dan manakala hal ini sangat penting dalam masalah meninggalkan shalat berjama’ah, maka bagaimana pula keadaan orang yang meninggalkan shalat Jum’ah di mana shalat ini merupakan shalat fardhu. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW , “Barang siapa yang meninggalkan 3 kali shalat jum’ah karena meremehkannya, maka Allah akan menutup hatinya . Apabila engkau memiliki udzur sehingga meninggalkan jum’ah atau jama’ah maka bandingkanlah seandainya di tempat engkau tinggal terdapat orang yang membagi-bagikan uang kepada orang yang hadir kemudian engkau memutuskan untuk mendatangi dan berkeinginan mendapatkan bagian sehingga meninggalkan jama’ah atau jum’ah , maka udzur mu yang demikian ini adalah udzur yang tidak benar. Dan merasa malulah kepada Allah SWT apabila hasratmu kepada dunia lebih besar dari pada apa yang ada di sisi Allah. dan ketahuilah bahwa sesungguhnya udzur yang benar adalah apabila kesempatan untuk berjama’ah memang benar-benar telah hilang setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh. Adapun pahala, maka tidak akan dihasilkan kecuali dengan melaksanakannya. Benar, bahwa pahala dapat dihasilkan bagi orang yang udzur dilihat dari beberapa segi, seperti orang yang udzur shalat berjama’ah karena menghalau musuh dll. Atau ia tidak memiliki udzur untuk hadlir dalam shalat jama’ah akan tetapi ia berkepentingan untuk orang islam lain yang mengalami penderitaan yang berat seperti orang yang menolong kaum muslimin yang kelaparan atau menderita sakit keras dll, maka orang yang demikian akan mendapatkan pahala berjama’ah. Kemudian, sesungguhnya orang mukmin yang sempurna tidak menghendaki akan meninggalkan sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada allah SWT. Meskipun dalam meninggalkannya ia memiliki 1000 udzur bahkan seandainya ia mengetahui bahwa meninggalkannya lebih di sukai Allah dari pada mengerjakannya . dari itulah orang yang AhliLlah menyandang gelar kesempurnaan atas kesanggupannya dalam mengerjakan segala sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Allah dimana gunung-gunung tidak mampu memikulnya. Adapun orang yang lemah imannya dan sesikit keyakinannya dan berkurang ma’rifatnya kepada Allah, maka tiadalah sebab yang membuat mereka meninggalkan fardhu dari Allah. akan tetapi bagi orang yang mengerjakannya pastilah baginya beberapa derajat dan mereka tidak akan dianiaya. Dan wajib bagi kamu membebani orang-orang yang berada di bawah kekuasaanmu seperti anak-anak, dan isteri, dan hamba sahaya untuk melakukan shalat. Apabila ada penolakan dari salah satu diantara mereka , maka wajib bagimu memberi nasihat kepada mereka dan menakuti mereka. Apabila mereka bertambah penolakannya dalam meninggalkan shalat maka wajib bagimu untuk memukulnya. Apabila mereka masih tidak mahu menolak, maka wajib bagi kamu memutuskan hubungan dengannya karena sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat adalah setan yang jauh dari rahmat Allah dan menghadapkan pada murkaNya dan laknatnya yang dilarang berhubungan dengannya dan diwajibkan memeranginya bagi setiap orang islam. Bagaimana tidak, sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Perjanjian antara kami dengan mereaka adalah shalat. Barang siapa yang meninggalkannya sungguh telah menyekutukan Allah. dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Tidak ada agama bagi orang yang tidak melakukan shalat. Dan perumpamaan shalat di dalam agama seperti perumaan kepala pada badan”. Dan wajib bagi kamu meluangkan waktu dari segala kesibukan duniawi pada hari jum’ah dan jadikanlah hari yang mulia ini murni untuk kegiatan akhiratmu. Maka janganlah engkau memiliki kesibukan pada hari ini melainkan hanya sesuatu amal kebaikan dan hanya menghadap kehadirat Ilahi dan memperbagus muraqabah (mengintip) akan sa’at Ijabah yaitu satu saat pada hari jum’ah dimana tiada berjumpa dengannya seorang muslim dan ia meminta kebaikan kepada Allah atau memohon perlindungan kepadaNya melainkan di ijabah /dikabulkan baginya. Dan wajib bagimu sibuk dengan bukuur (amal kabaikan/dzikir/shalawat dll) hingga waktu shalat jum’ah dan mendekati mimbar dan diam ketika khutbah dibacakan dan jangan sibukkan diri (ketika khutbah) dengan berdzikir atau tafakur terlebih bertafakur tentang sesuatu gurauan, demikian pula takutlah pada saat demikian terhadap hadiitsunnafsi dan sadarilah bahwa engkaulah yang dimaksud pada setiap apa yang engkau dengarkan dari beberapa nasihat dan wasiyat. Dan bacalah ketika selesai mengucapkan salam sedangkan engkau belum mengucapkan sepatah katapun bacaan fatihah, Al-Ikhlash, Mu’awwidzatain masing-masing 7 kali dan bacalah juga setelah selesai shalat (SubhanaLlahil ‘Adziim wabihamdih 100 X) maka di dalam hadits telah diterangkan akan fadhilah semua ini ..wabiLlahi Taufik.. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (XVI)

Fasal 16 Dan suatu keharusan bagimu untuk bersegera mempersiapkan diri untuk mengerjakan shalat pada awal waktu sekiranya muadzin belum mengumandangkan adzan pada tiap-tiap shalat fardhu melainkan engkau sudah dalam keadaan berwudhu dan engkau telah hadir di masjid. Jika engkau tidak dapat mengerjakan yang demikian, maka janganlah kurang dari pada mempersiapkan diri ketika mendengar suara adzan. Dan sungguh telah bersabda Nabi SAW, “Keutamaan awwal waktu dibanding dengan akhir waktu seperti keutamaan akhirat atas dunia”. Dan bersabda Nabi SAW, “Awwal waktu adalah keridhaan Allah, dan akhir waktu adalah ampunan-Allah” . Dan wajib bagimu untuk selalu menjaga sunnah ratibiyah dimana syar’i telah mengajarimu (untuk melakukannya) sebelum maktubah dan sesudahnya dan takutlah engkau bermalas-malasan dengan meninggalkannya. Dan manakala engkau tertinggal (sehingga tidak sempat melaksanakan), maka hendaklah engkau bersegera mengqadha. Dan wajib bagimu untuk bersikap khusyu’ di dalam shalatmu dan dengan hati yang hadir kepada Tuhan dan bagusnya sikap ketika berdiri dan tartil dalam bacaan dan menyempurnakan ruku’ dan sujud dan rukun yang lain-lain dan menjaga sunah-sunahnya dan beretika / tata krama sebagaimana diterangkan dalam syari’at dan menjaga diri dari sesuatu yang mengurangi kesempurnaan shalat. Maka sesungguhnya engkau apabila dapat melakukan hal yang demikian maka hakikat shalat akan keluar dari tubuhmu dalam keadaan putih bersinar dan ia berkata, “Semoga Allah menjagamu sebagaimana engkau menjagaku”. Akan tetapi apabila tidak, maka ahkikat shalat akan keluar dari tubuhmu dalam keadaan hitam legam seraya berkata, “semoga Allah menyia-nyiakan kamu sebagaimana engkau telah menyia-nyiakanku”. Talah bersabda SAW, “tiadalah bagi seseorang dalam shalatnya melainkan sebatas apa yang ia pikirkan di dalam shalat”. Dan telah berkata Hasan Al-Bashri rahimahuLlah, “Setiap shalat yang tidak disertai hadirnya hati, maka uqubah (siksanya) lebih cepat, dan syaitan sangat menginginkan jika seseorang sibuk memikirkan dunia ketika di dalam shalat, hingga terbuka dalam pikirannya ketika berdiri mengerjakan shalat tentang beberapa kebutuhan hidupnya dan teringat beberapa perkara yang menyusahkan hatinya tentang urusan dunia, padahal yang demikian ini tidak pernah terpikirkan ketika sebelum berdiri mengerjakan shalat. Hal yang demikian inilah yang menyibukkan hati dari mengingat /berdzikir kepada Allah dan hadir di hadapannya oleh karena itu para ulama mensyari’atkan untuk membaca Qul a’udzu biRabbinnas dengan niat untuk menjaga diri dari kejahatan syaitan yang di rajam”. Dan sebaiknya tidak terus-menerus hanya membaca satu surah tertentu setelah membaca Al-Fatihah kecuali surah-surah yang telah dijelaskan keistimewaannya oleh syara’ seperti Alif laam miim sajdah, dan ayat hal ataa ilal insaan (dalam shalat subuh hari jum’at) dan jagalah engkau untuk membaca surah yang ringkas seperti al-kaafiruun, al-ikhlas, dan mu’awwidzatain ketika engkau menjadi imam. Sebagaimana riwayat bahwasanya sahabat Mu’adz bin Jabal mengimami suatu kaum dengan bacaan surah yang sangat panjang. Akhirnya salah seorang dari mereka mengadu kepada Nabi SAW sehingga Nabi SAW menegur sahabat Muadz RadhiyaLlahu ‘anh. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (XV)

Fasal 15 Makam Syaikh Abi’l Qasim Junaidy Al-Bagdady RA Dan penting bagimu untuk berlama-lama dan memperbanyak duduk di dalam masjid dengan niat i’tikaf. Karena sesungguhnya masjid adalah rumah Allah dan sebaik-baik tempat yang dicintai Allah. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertaqwa”. Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, “Jika engkau melihat seseorang memakmurkan masjid, maka saksikanlah bahwa ia adalah orang beriman”. Dan telah berfirman Allah SAW, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid adalah orang – orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir”. RasuluLlah SAW telah menjanjikan tujuh golongan yang Allah akan memberikan naungan dari ‘ary-Nya kelak di hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah maka salah satu diantara mereka adalah seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid. Akan tetapi wajib bagimu ketika engkau duduk-duduk di dalam masjid maka jagalah etika dan tatakrama dan cegahlah diri dari memperbanyak pembicaraan (fudhuulil kalaam), terlebih lagi pembicaraan hal haram. Dan apabila engkau jumpai di dalam masjid suatu pembicaraan tentang urusan dunia, maka suruhlah keluar dari masjid. Dan janganlah engkau sibukkan dirimu di dalam masjid kecuali dalam urusan ibadah semata. Karena sesungguhnya masjid tidak didirikan kecuali hanya untuk ibadah kepada Allah di dalamnya. Dan apabila engkau memasuki masjid maka dahulukanlah kakimu yang sebelah kanan dan ucapkanlah BismiLlah washalaatu ‘ala RasuliLlah. Allahummagh firly dzunuuby waftahly abwaaba rahmatiKa. Dan janganlah sekali-kali engkau duduk sehingga engkau telah melakukan shalat dua reka’at. Jika tidak memungkinkan melaksanakan shalat, maka ucapkanlah do’a SubhanaLlahi wal hamdu liLlah wa laa ilaaha illaLlah waLlahu Akbar 4 (empat) kali. Dan apabila engkau keluar dari masjid, maka dahulukanlah kakimu yang kiri dan ucapkanlah do’a seperti ketika memasuki masjid akan tetapi pada kalimat abwaaba rahmatiKa diganti dengan abwaaba fadhliKa. Dan tambahlah kalimat A’udzu bilLahi minasyaithanirrajiim wa junuudihi. Dan apabila engkau mendengar suara mu’adzin maka tirukanlah seperti apa yang di ucapkan mu’adzin kecuali pada dua buah kalimat hayya maka jawablah dengan kalimat la haula walaa quwwata illa bilLah. Dan jawablah pada kalimat ashalaatu khairun minannaum pada adzan subuh dengan jawaban shadaqta wa bararta. Dan apabila engkau selesai menjawab panggilan adzan, maka lanjutkanlah dengan membaca shalawat kepada Nabi SAW kemudian ucapkanlah kalimat Allahumma Rabby hadzihidda’watittaammah washalaatil qaaimah aati Muhammadal washiilah wal fadhiilah wab’atshu maqaamam mahmuuda’lladzii wa’adTaH. Dan perbanyaklah berdo’a antara adzan dan iqamah sebagaimana sabda Nabi SAW ”Do’a diantara dua adzanadalah tidak ditolak . dan termasuk do’a yang dibaca pada saat yang demikian adalah Allahumma inny as alukal ‘afiyah fiddunya wal aakhirah. Dan sungguhntelah datang penjelasan di dalam sunnah tentang do’a tersebut pada waktu-yang lain. Maka penting bagimu dengan do’a ini karena sesungguhnya do’a tersebut termasuk kumpulan / intisari do’a dan lebih utama. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (XIV)

Fasal 14 Dan telah datang penjelasan bahwasanya Malaikat tidak akan pernah memasuki suatu rumah yang di dalamnya terdapat orang yang berjunub. Apabila malaikat telah pergi, maka akan datanglah syaithan dari segala penjuru. Oleh karena itu takutlah kamu jika engkau makan atau tidur dalam keadaan junub sehingga engkau akan mengalami bahaya disebabkan hal yang demikian itu. Apabila engkau tidak mampu untuk melakukan mandi jinabat seketika, maka berusahalah agar engkau dapat mencuci farji dan berwudhu’. Dan wajib bagi kamu untuk selalu memperbaharui wudhu’ pada setiap mengerjakan shalat fardhu, dan berusahalah agar engkau selalu dalam kondisi bersuci (menanggung wudhu) dan bersegeralah perbaharui wudhu apabila engkau berhadats karena sesungguhnya wudhu’ adalah senjata orang Mukmin. Dan manakalah senjata selalu berada di tangan, maka musuh pastilah akan selalu menjauh darimu. Dan sungguh telah datang seseorang menghadap kepada Syaikh Abi Al-Hasan Asy-Syadzily RA untuk mengajarinya ilmu kimia, maka Syaikh memerintahnya untuk mendampingi beliau selama satu tahun dengan syarat selalu memperbaharui wudhu apabila berhadats, kemudian mengerjakan shalat dua reka’at. Maka Syaikh akan mengajarinya ilmu kimia setelah itu. Maka setelah sempurna satu tahun, pergilah lelaki tersebut ke sebuah sumur dengan maksud hendak mengambil air minum dari sumur itu, dan secara tiba-tiba dipenuhilah timba itu dengan emas dan perak. Maka dibuanglah kembali emas dan perak itu ke dalam sumur karena zuhudnya daripada emas dan perak tadi. Maka kembalilah lelaki tersebut menghadap Syaikh Abi Al-Hasan Asy-Syadzily RA dan menceritakan apa yang telah terjadi. Maka berkatalah Syaikh kepada orang itu, “Sekarang engkau telah menjadi seorang ahli kimia. Dan Syaikh memerintahkannya ntuk menyeru manusia ke jalan Allah. Dan wajib bagi kamu untuk mengerjakan shalat dua rekaat setelah berwudhu’ dan jika engkau tidak mampu untuk melanggengkan bersuci maka berusahalah engkau tidak meninggalkan wudhu ketika engkau duduk di dalam masjid, dan ketika membaca Al-Qur’an, dan ketika mengkaji ilmu agama, dan ketika duduk untuk berdzikir dan lain sebagainya dari beberapa amalan ibadah. Dan apabila engkau mengerjakan wudhu atau mandi jinabat maka takutlah engkau dengan hanya mengerjakan fardhunya sahaja, akan tetapi sebaiknya engkau juga harus menjaga sunah-sunahnya pula. Dan sebaiknya bagi kamu untuk mandi pada sebagian waktu dengan niat membersihkan diri meskipun engkau tidak dalam keadaan jinabat. Dan telah pula datang penjelasan tentang mandi teesebut seperti mandi pada hari Jum’ah maka menjadi suatu keharusan bagi kamu untuk melaksanakannya. Demikian pula pada waktu-waktu yang lain . dan apabila telah selesai melaksanakan wudhu’ demikian pula mandi, maka ucapkanlah “Asy hadu An-Laa Ilaaha IllaLlaah wahdaHu Laa Syariika laHu, wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘AbduHu wa RasuuluH. Dan wajib pula bagi kamu untuk selalu menjaga tatakrama sebagaimana yang termaktub di dalam As-Sunnah baik secara lahir maupun bathin demikian pula dalam kebiasaan sehari-hari maupun ketika melaksanakan ibadah, dengandemikian maka akan sempurnalah Mutaba’ah dan sempurna pula bagimu dalam mengikuti jejak RasuluLlah SAW yaitu Rasul Yang penuh rahmah dan Nabi yang membawa petunjuk ke jalan yang lurus. Jika engkau menginginkan termasuk menjadi golongan Ash-Shiddiqiin, maka janganlah engkau melakukan sesuatu baik itu merupakan amal kebiasaan sehari-hari terlebih lagi suatu amalan ibadah kecuali engkau mengetahui dan melihat adakah RasuluLlah SAW, juga para sahabat RA sama ada melakukan hal yang demikian atau tidak. Apabila engkau tidak mendapati Mereka melakukan hal yang demikian, maka tahanlah dirimu untuk tidak mengerjakannya meskipun perbuatan tersebut termasuk sesuatu yang mubah karena sesungguhnya mereka tidak memasuki amalan tersebut melainkan telah datang khabar / ilmu kepada mereka dalam hal meninggalkan amalan tersebut. Dan apabila engkau mengetahui bahwa mereka mengerjakan / memasuki sebuah amal perbuatan, maka yang pertama ketahuilah bagaimana tata cara mereka mengerjakan amalan tersebut Dan ketehuilah barang siapa yang menjaga kebiasaan sehari-hari dengan adab / tata krama yang diajarkan Nabi SAW, maka Allah akan menjaga dirinya daik secara lahir maupun bathinnya dihindarkan dari tabi’at dan akhlak yang tercela, dan ia akan mendapatkan kebaikan dan manfaat baik dalam hal agama maupun perkara duniawiyahnya. Dan bagi seseorang yang menginginkan kesempurnaan dan kemerdekaan diri serta kesucian diri dari kotoran, maka hendaklah menjadikan semua gerak dan diamnya baik secara zahir maupun bathinnya selalu dalam kerangka undang-undang syari’ah, mengikuti isyarah syar’i dan akal. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (XII)

Fasal 12 Dan wajib bagi kamu untuk melaksanakan fardhu/ kewajiban serta menjauhi perbuatan yang haram dan wajib pula memperbanyak amalan sunah. Maka sesungguhnya engkau jika dapat melaksanakan hal yang demikian secara ikhlas liwajhiLlah, karena Allah Yang Maha Mulia maka engkau akan berhasil mencapai kedekatan yang sesungguhnya dengan Allah Ta’ala. Dan Allah pun akan memberikan kepada engkau pakaian mahabbah / cinta kepadaNya yang melingkupi dan mempengaruhi dari mahabbah tersebut akan segala tingkah laku gerak dan diammu semata-mata karena Allah dan dengan Allah (liLlah dan BiLlah). dan itulah mahkota kewalian dan mahkota kekhalifahan yang di isyaratkan oleh junjungan kita baginda RasuluLlah SAW dengan sabda beliau yang meriwayatkan dari Allah SubhanaHu wata’ala, “sesungguhnya Allah Ta’ala berifrman, Tiada sekali-kali hambaKu mendekatkan diri kepadaKu yang lebih Aku cintai daripada mereka yang mengerjakan apa yang Aku fardhukan kepada mereka. Dan tidak henti-hentinya hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan mengerjakan amalan sunah sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya ketika ia mendengar, dan menjadi penglihatannya ketika ia melihat, dan menjadi tangannya ketika ia memegang, dan menjadi kakinya ketika ia berjalan. Jika ia meminta kepadaKu niscaya Aku beri, jika ia meminta perlindungan kepadaKu niscaya Aku beri perlindungan….. Oleh karena itu lihatlah…semoga Allah merahmatimu, akan beberapa rahasia / asrar dan beberapa pengetahuan yang tertuang dalam hadits Qudsi di atas, dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh secara mendetail apa yang termaktub di dalamnya tentang apa saja yang dapat menghantarkan seorang hamba untuk sampai kepada derajad yang sedemikian tinggi yaitu menjadi kekasih ALlah. Sehingga apa yang ia cintai adalah sesuatu yang dicintai Allah demikian pula apa yang ia benci adalah apa yang Allah benci, dan semua itu tidak tercapai kecuali dengan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan memperbanyak amalan sunah yang dicintaiNya dengan mengharapkan kebahagiaan di sisiNya. Oleh karena itu bersegeralah jika memang engkau memiliki cita-cita untuk dapat sampai kepada derajat kesempurnaan dan jika pula engkau menginginkan sampai pada derajad rijal dimana telah jelas dan teranglah jalan untuk menuju kesana. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah Ta’ala dengan kemurahanNya dan ke baikanNya telah menjadikan amal sunnah sebagai penambal kekurangan dari amalan fardhu yang sesuai dengan yang sejenisnya, semisal Shalat fardhu dengan shalat sunah , puasa fardhu dengan puasa sunah. Dan Fardhu adalah pokok / dasar sedangkan sunah adalah cabang atau yang mengikuti amal fardhu. Dan orang-orang yang mengerjakan kewajiban fardhu, dan menjauhi perbuatan haram namun tidak melakukan ibadah sunah adalah lebih baik daripada orang yang bersungguh-sungguh melakukan ibadah sunah akan tetapi melalaikan ibadah fardhu. Dan takutlah kamu untuk meninggalkan ibadah fardhu dan lebih mengutamakan ibadah sunah maka engkau akan berdosa dengan meninggalkan keutamaan ibadah fardhu dan Allah tidak akan menerima ibadah sunahmu. Hal yang demikian dapat terjadi seperti orang yang menyibukkan diri dengan ilmu tentang amalan sunah dan meninggalkan mempelajari ilmu tentang fardhu baik dalam dhahir maupun bathinnya. Dan ketahuilah sesungguhnya engkau tidak akan sampai kepada melaksanakan kewajiban yang diperintahkan Allah kepadamu dari perbuatan ta’at, demikian pula menjauhi dalam hal enjauhi apa yang dilarangNya untukmu dari beberapa ma’siyat dan pula dari beberapa cara mengerjakan amalan sunah yang dapat mendekatkan dirimu kepadaNya kecuali dengan ilmu. Maka wajib bagimu mencari ilmu tersebut, dan telah bersabda RasuluLlah SAW ,”Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap orang islam . Dan dengan ilmu engkau akan mengetahui hal yang wajib adalah wajib dan yang haram adalah haram, demikian pula yang sunah adalah sunah. dan pula engkau mengetahui bagaimana cara mengerjakan yang wajib dan sunah dan meninggalkan yang haram. oleh karena itu tidak boleh tidak engkau memiliki ilmu yang demikian. dan tidak ada alasan bagimu untuk tidak membutuhkan ilmu ini, dan mengamalkannya dan selalu mempelajarinya dimana dengan mengamalkannya maka engkau akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan ketahuilah bahwasanya orang yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu yang benar, maka bahaya yang ditimibulkan akan kembali kepadanya Fasal 13 dan wajib bagi kamu untuk selalu menjaga kesucian lahir dan bathinmu karena barang siapa yang sempurna kesuciannya maka ruh nya dan sirrinya akan menyerupai malaikat secara ruhaniyah meskipun jasadnya adalah seorang manusia. Telah bersabda RasuluLlas SAW, “Buniyaddiijn ‘ala nadhaafah” yang artinya, “Sesungguhnya agama ditegakkan di atas kebersihan”. Dan juga telah bersabda SAW, “InnaLlaaha nadhiif yuhibbunnadhaafat” yang artinya, “sesungguhnya Allah itu suci dan cinta kepada kesucian”. Dan kesucian bathin dapat dihasilkan dengan membersihkan hati dari akhlak yang tercela seperti takabur, riya’ hasud, cinta dunia, kemudian menghiasinya dengan akhlak yang mulia seperti tawadhu’, malu, ikhlash, dan pemurah dan lain sebagainya. Adapun hakikat dari akhlak yang demikian, dan jalan untuk melepaskan diri dari akhlak tercela, dan jalan untuk mendapatkan keutamaan akhlak tersebut semua itu telah dikumpulkan oleh Imam Al-Ghazali RA pada bagian ke dua dari kitab Ihya’Ulumuddin oleh karena itu wajib bagi kamu untuk mempelajarinya. Sedangkann kesucian perbuatan zahir akan dapat diperoleh dengan meninggalkan apa yang dilarang oleh agama dan melaksanakan apa yang diharuskan. Oleh karena itu barang siapa yang menghiasi dirinya dengan selalu melakukan amal shalih, dan memenuhi bathinnya dengan akhlak yang terpuji niscaya sempurnalah kesuciannya Dan termasuk bagian dari membersihkan zahir adalah apa yang telah ditunjukkan oleh syara’ seperti menghilangkan kotoran di badan, memotong bagian tubuh yang berkebih seperti merapikan kumis, memotong kuku dimulai dari jari telunjuk kanan terus berurutan sampai ujung jari paling kiri, kemudian dilanjutkan tangan kiri dimulai dari jari paling kiri berurutan sampai ibujari kiri, kemudian diakhiri dengan ibu jari tangan sebelah kanan. Dan mensucikan diri dari hadats dan najis, Adapun memotong kuku pada kaki maka disunahkan dimulai dari jari paling kanan pada kaki sebelah kanan, terus berurutan kekiri hingga berakhir pada jari paling kiri pada kaki sebelah kiri sebagaimana kalau menyela jari ketika berwudhu. Dan dimakruhkan mengulur waktu di dalam membersihkan anggota badan yang berlebih tersebut lebih dari 40 hari. Termasuk juga membersihkan daki yang ada di badan dengan menggosok hingga bersih kemudian disiram dengan air, demikian juga tertmasuk membersihkan kotoran yang terdapa pada ujung mata, dan termasuk juga membersihkan sisa-sisa makanan di sela-sela gigi. Dan wajib bagi kamu membersihkan mulutmu dengan siwak menggunakan kayu araq lebih utama, dan lebih ditekankan ketika hendak melaksanakan ibadah seperti shalat atau membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya, dan mencuci bajumu dengan air apabila ia kotor. Dan termasuk juga dalam menyempurnakan kebersihan adalah menggunakan minyak untuk rambut dan jenggot, dan memakai celak mata dari itsmid pada tiap-tiap mata tiga kali usapan. Sesungguhnya RasuluLlah SAW bercelak pada tiap-tiap malam. Demikian pula memakai wewangian karena wewangian dapat menyebabkan udara menjadi harum yang dapat menyenangkan orang yang menghirupnya dan ditekankan pada saat menghadiri shalat jum’at dan beberapa pertemuan yang dihadiri umat islam. Sesungguhnya RasuluLlah SAW menyukai wewangian dan memperbanyakkannya bahkan sesungguhnya RasuluLlah SAW sendiri tubuh beliau telah wangi dengan sendirinya meski tanpa menggunakan wewangian hingga sebagian para sahabat mengumpulkan tetesan keringat beliau dan menggunakannya sebagai wewangian. Dan disunahkan bagi orang laki-laki menggunakan minyak wangi yang tajam baunya akan tetapi samar warnanya. Sebaliknya bagi orang perempuan disunahkan menggunakan minyak wangi yang samar bahunya dan jelas warnanya. Dan wajib bagi kamu menjaga diri dari najis secara keseluruhan. Apabila ada najis mengenai dirimu maka segera bersihkan karena najis itu dapat menghalangimu dari Allah SWT, bukankan Allah telah melarang mengenakan pakaian yang terkena najis untuk emngerjakan shalat maupun membaca Al-Qur’an. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (XI)

Fasal 11 Dan wajib bagi kamu untuk selalu memperbaiki i’tiqadmu dan memperkokohnya atas golongan yang selamat yaitu yang dikenal diantara beberapa golongan Islamiyah sebagai i’tiqad Ahlussunah wl Jama’ah. Dan mereka selalu berpegang teguh dengan apa yang datang dari RasuluLlah SAW dan para sahabat. Dan engkau apabila melihat mereka dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati didalam memperhatikan hukum-hukum Al Qur’anul Kariim, dan sunah Rasul yang mengandung ilmu-ilmu keimanan, dan golongan yang berjalan pada jalan ulama salaf dari para sahabat, tabi’in, maka engkau akan membenarkan bahwa kebenaran yang nyata adalah yang sebagaimana di sampaikan oleh golongan Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Syaikh Aby Hasan Al Asy’ary RA yang telah menyusun akidah ahlul haq/ ahli kebenaran yaitu aqidah yang telah disepakati oleh para sahabat dan orang-orang sesudah mereka dari golongan tabi’in. Akidah ini (ahlussunah wal jama’ah) adalah akidah ahli kebenaran dari setiap zaman dan tempat dan ialah akidah yang dipakai oleh para ahli tasawwuf sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Abul Qasim AL Qusyairy RA dalam permulaan risalahnya , “…Aqidah kami adalah akidah saudara kami dari orang-orang yang mulia yang terkenal dengan Al-Husiainiyyain, yang dikenal pula dengan Aly Aby Alawy dan juga akidah pendahulu kami, mulai dari RasuluLlah SAW hingga saat ini. Dan Imam AL Muhajir Sayyid Ahmad bi ‘Isa bin Muhammad bin Aly bin Al Imam Ja’far As-hadiq RA, ketika melihat timbulnya bid’ah dan banyaknya perseteruan dan ikhtilaf di Irak. Maka beliau hijrahlah beliau dari sana, dan berpindah-pindah tempat hingga sampailah di Hadramaut maka menetaplah beliau disana hingga wafatnya. Maka Allah telah memberikan berkah kepada beliau dan pengikut-pengikut beliau sesudahnya yang kemudian membentuk suatu komunitas yang sangat terkenal bagi perkembangan ilmu pengetahuan agama dan juga daalam hal ibadah dan kewalian dan ma’rifah. Dan dengan berkah beliau Al imam Ahmad bin Isa maka senantiasalah tegak akidah islam yang benar dari para Ahli bait Nabi yang senantiasa mereka menentang bid’ah. Semoga Allah memberikan pahala yang besar kepada beliau Sang Imam dan kemudian pula kepada kita semua. Demikian pula semoga Allah mengangkat derajat beliau beserta para pendahulu beliau yang teramat mulia ke tempat yang tinggi di sisiNya dan semoga Allah mempertemukan kita kepada mereka kelak di ahirat sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Dan golongan Maturidiyah seperti juga golongan Asy’ariyah/ahlusunnah wal jama’ah. Dan seharusnya dilakukan oleh setiap orang mukmin untuk selalu memperbaiki i’tiqadnya dengan menjaga aqidah dari para imam yang telah disepakati kebesarannya dan kedalaman ilmunya, sebagaimana aqidah yang suci diuraikan oleh Imam Al-Ghazali RA, yang jauh dari kekeruhan yang telah disusun pada fashal pertama dari kitab qawaa’idul Aqaa’id dari kitab Ihya’ Ulumuddin. Maka wajib bagi kamu menelaah kitab tersebut. Jika kamu ingin yang lebih dari itu maka dapat mempelajari kitab Risalah Al-Qudsiyah yang disusun pada fashal ke tiga dari kitab tersebut. Dan janganlah engkau menyibukkan dirimu dengan ilmu kalam dan memperbanyak pembahasannya dengan harapan akan mencapai ma’rifah karena sesungguhnya engkau tidak akan mendapatkan hakikat ma’rifat melalui ilmu kalam tersebut. Akan tetapi jika engkau benar-benar menginginkan hakikat ma’rifah, maka wajiblah bagi kamu menempuh jalan (suluukuththariiq) yaitu melanggengkan taqwa secara lahir maupun bathin dan selalau berpegangan kepada ayat Al-Qur’an maupun sunah Nabi SAW. Dan lihatlah pada alam semesta di langit dan bumi dengan tujuan mengambil pelajaran dan memperbaiki akhlak diri sendiri dengan membaguskan riyadhah dan menjernihkan cermin hati dengan selalu berzikir dan tafakur dan berpaling dari segala sesuatu yang menyibukkan diri dari berkonsentrasi akan hal yang demikian. maka jalan yang demikianlah yang apabila ditempuh niscaya akan mendapatkan hasil yang baik dari apa yang diinginkan dan akan membuahkan kedekatan kepada Allah Insya Allah. dan golongan Shufi telah melakukan usaha yang kerasa / mujahadah bagi diri mereka sendiri dan juga riyadhah serta menghentikan kebiasaan kehidupan mereka sehari-hari karena mereka mengetahui hanya dengan jalan inilah mereka memperoleh ma’rifat yang sempurna. dan dengan kesempurnaan ma’rifah maka akan sempurna pula dalam menetapi amaqam ‘ubudiyah /penghambaan diri kepada Allah Ta’ala. Continue Reading»

Tuesday, February 23, 2010

Risalatul Mu'awanah (X)

Fasal 10 Dan wajib bagi kamu untuk berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul dan bergantung kepada keduanya, karena keduanya adalah agama Allah yang kokoh dan jalanNya yang lurus. Barang siapa yang mengambil keduanya, maka ia akan selamat, dan akan mendapat petunjuk dan akan terjaga. Dan barang siapa yang mengabaikannya keduanya, maka akan tersesat dan menyesal dan mengalami kerusakan. Maka jadikanlah keduanya sebagai penunjuk jalan bagimu. Dan kembalilah kepada keduanya dalam segala hal urusanmu dengan niatan melaksanakan wasiyat Allah dan wasiyat rasulNya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul dan pemerintah kamu sekalian. Maka apabila diantara kamu berselisih tentang sesuatu hal maka kembalikanlah urusannya kepada Allah dan kepada RasulNya- artinya kembalikan kepada Kitab dan Sunah. RasuluLlah SAW bersabda, “Aku berwasiat kepadamu dengan sesuatu yang apabila kamu semua berpegangan kepadanya niscaya tidak akan tersesat selamanya – KitabuLlah dan sunnahku. Jika dirimu ingin mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus yang tidak ada keraguan di dalamnya, dan engkau menginginkan dirimu dalam keamanan, maka konsentrasikan segala niatmu dan akhlakmu dan amalmu dan ucapanmu kepada Kitab Allah dan Sunah Nabi SAW. Maka ambilah apa yang sesuai dengan keduanya, dan tinggalkanlah apa yang bertentangan dari keduanya. Dan jalankanlah apa – apa yang ada di dalamnya dan ikutilah kebaikan untuk selamanya dan janganlah engkau mengada-adakan sesuatu di dalam hal agama (bid’ah) dan janganlah engkau mengikuti selain jalan orang mukmin maka engkau akan mengalamii kerugian di dunia maupun di akhirat. Dan yang demikian itu adalah kerugian yang sangat nyata.. dan takutlah kamu sekalian akan mengada-adakan perkara agama padahal tidak disyariatkan oleh RasuluLlah SAW, maka sesungguhnya telah bersabda RasuuLLah SAW, “sesungguhnya sesuatu yang diada-adakan adalah bid;ah, dan setiap yang bid’ah adalah tersesat. Dan telah bersabda RasuluLLah SAW barang siapa yang mengada-ada tentang perkara kami, maka sedang kami tiada mengadakannya, maka di tolak . dan bid’ah itu ada tiga macam, bid’ah hasanah, yaitu apa yang disampaikan oleh orang yang bijaksana dari sesuatu yang bersesuaian dengan Kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW karena menginginkan memilih sesuatu yang lebih baik dan lebih bermanfaat . maka yang demikian ini contohnya seperti mengumpulkan Al-Qur’an ke dalam mushaf seperti Abu Bakr, dan salat tarawih dari Umar, dan menertibkan/menyusun mushaf dan dua adzan awwal yang dilakukan oleh sahabat Utsman RA. Yang ke dua adalah bid’ah yang tercela/madzmumah bagi sebagian orang yang zuhud dan qana’ah seperti seperti bermewah-mewahan dalam hal makan dan pakaian, dan rumah/tempat tinggal. Dan yang ketiga adalah bid’ah yang tercela secara mutlak, yaitu apa – apa yang berselisih dengan nash kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW atau berseberangan dengan ijma’ /kesepakatan para alim ulama. Oleh karena itu barang siapa yang belum bisa berpegangan dengan kitab Allah dan mengikuti sunnah RasuuLLah SAW kemudian ia mendakwakan dirinya bahwa ia telah memperoleh suatu kedudukan disisi Allah, maka janganlah mengikutinya meskipun ia memiliki kemampuan terbang di atas udara atau berjalan di atas air, dan dapat menembus batas tempat, dan dapat melakukan hal – hal yang istimewa (khariqul ‘adah), karena yang demikian itu kebanyakan terjadi sebagaimana yang dilakukan oleh syaitan, dan tukang sihir, dan tukang tenung dan ahli nujum dan lain sebagainya dari perbuatan-perbuatan yang menyesatkan. Dan tidak lepas pula dari yang demikian ini suatu istidraj (cobaan) dari Allah. Adapun orang yang memiliki ilmu dan akal kecerdasan dari orang-orang yang beriman, sungguh mereka mengetahui bahwasanya perbedaan derajad kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya itu tergantung dari pada sejauh mana kesempurnaan dalam mengikuti sunah RasuuLLah SAW. Dan sesungguhnya manakala sempurna dalam hal itba’ sunnah RasuuLLah SAW, tentu semakin sempurnalah kedekatannya kepada Allah SWT. Dan dalam sebuah riwayat diterangkan bahwasanya Abu Yazid Al-Bustami RA telah berniat untuk menziarahi seorang yang termasyhur pada saat itu dan mereka menganggap sebagai wali Allah. Dan beliau Syaikh Abu Yazid RA. duduk menanti orang itu untuk mengikuti salat berjama’ah. Maka ketika orang itu keluar dan dilihat oleh Syaikh Abu Yazib bahwa ia telah meludah di sudut masjid, maka beralulah Abu Yazid dan meninggalkan orang itu tidak jadi menemui orang tersebut. Kemudian ditanyakan kepada Syaikh Abu Yazid mengapa berbuat demikian, maka beliau menjawab, “Bagaimana seseorang yang percaya kepada Rahasia Allah padahal ia tidak menjaga adab yang baik dalam hal syari’at”. Sahal bin AbdulLah RA berkata, “Tidak ada penolong kecuali Allah, tidak ada dalil/petunjuk kecuali RasuuLLah SAW, tidak ada bekal kecuali taqwa, tidak ada amal kecuali bersabar kepadanya / amal tersebut, dan ketahuilah bahwasanya tidak akan mampu bagi tiap-tiap orang untuk melaksanakan kitab Allah dan sunah RasuuLLah SAW secara lahir dan bathin dengan sempurna karena yang demikian ini hanya tertentu bagi para ulama yang sangat mencintai Allah dan RasuluLlah SAW. Oleh karena itu jika engkau merasa tidak mampu untuk memahami ataupun melaksanakan Kitab Allah dan sunah RasuluLlah SAW maka wajib bagi kamu untuk kembali / ruju’ kepada orang yang Allah memerintahkan kepadamu untuk kembali kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Fas’aluu ahlajdzdzikri inkuntum laa ta’lamuun” yang artinya, ‘tanyakan kepada ahlinya jika kamu tidak mengetahui”. Dan yang dimaksudkan ahludzdzikri adalah ulama Billah wabidiinihi yang mengamalkan ilmunya karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, yang zuhud terhadap dunia, yaitu ulama yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dunia daripada dzikirnya kepada Allah Ta’ala, mereka yang selalu mengajak manusia kepada Allah dengan pandangan hatinya yang terbuka hijabnya akan rahasia-rahasia Allah. Dan sungguh sulitlah didapati seseorang yang berperangai demikian di bumi yang luas ini sehingga para kabaair ulama sepuh menganggap bahwa mereka kehilangan darinya, padahal sesungguhnya yang benar adalah mereka tetap ada akan tetapi Allah Ta’ala telah menutupinya dengan selendang keagunganNya sehingga tidak ada orang yang mengetahuinya. Kebiasaan mereka menyembunyikan diri dari khalayak ramai bahkan orang ramai sama berpaling dari mereka. Maka barang siapa yang berkeras mencarinya (wali Allah tersebut) dengan niat yang benar dan bersungguh-sungguh maka tidak akan kesulitan untuk bertemu dengan salah satu dari mereka – Insya Allah-. Sesungguhnya kesungguhan dan ketekunan adalah pedang yang tiada ia diletakkan pada sesuatu pasti akan terputuslah sesuatu tersebut. Dan bumi Allah tidak akan sepi dan kekurangan dari orang yang menegakkan agama Allah dengan hujahnya. Sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW ,”Tidak henti-hentinya diantara umatku yang selalu menegakkan kebenaran (haq) dan segala sesuatu tidak akan dapat membahayakan mereka sampai Allah menetapkan keputusanNya. Mereka itulah pelita dunia, dan pemegang amanah, dan pewaris para Nabi SAW. Mereka itulah tentara Allah (HizbuLlah) dan ketahuilah sesungguhnya tentara Allah adalah oraang-orang yang beruntung. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (IX)

Fasal 9
Dan ketahuilah bahwasanya bersegera melakukan kebaikan dan menjaga ibadah, dan selalu melakukan ta’at adalah kebiasaan para Nabi SAW dan para aulia baik dalam awwal maupun akhir perjalanannya.kaerna sesungguhnya Mereka adalah yang paling ma’rifat / mengenal Allah. Maka tidak mengherankan jika Mereka yang paling banyak ibadahnya dan paling ta’at dan paling takut kepada Allah Azza wa Jalla. Karena sesungguhnya menghadapnya hamba kepada Tuhannya dan ibadah hamba kepada Tuhannya menurut kadar kecintaannya kepadaNya. Dan sesungguhnya kecintaan itu tergantung dari besarnya ma’rifat´. Maka manakala seorang hamba lebih berma’rifat kepada Allah maka sudah pasti ia lebih bersangatan cintanya kepadaNya dan lebih banyak ibadah kepadaNya.
Apabila engkau disibukkan dengan mengumpulkan harta dunia dan disibukkan pula dengan menuruti hawa sehingga mengesampingkan aurad / dzikir maka berjuanglah agar engkau mempunyai sesaat untuk Tuhanmu pada pagi hari dan satu saat pada sore hari, dimana pada saat itu engkau gunakan untuk bertasbih dan istighfar dan lain-lain dari bermacam-macam keta’atan.

Dan sungguh telah diriwayakan dari Allah Ta’ala sesungguhnya Allah berfirman , “Wahai anak Adam, jadikanlah untukKu satu saat di awwal harimu dan satu saat di akhir hari maka akan Aku cukupi apa yang diantara keduanya.
Dan ada pula keterangan yang menyatakan bahwa sesungguhnya catatan amal perbuatan seorang hamba dihadapkan kepada Allah Azza wa Jalla pada akhir hari. Maka apabila di dapat kebaikan pada awwal hari dan kebaikan pada akhir hari maka allah berfirman kepada malaikat, “hapuslah apa yang diantara keduanya. Yang demikian ini adalah kemurahan Allah kepada kita dan kepada semua manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (VIII)

Fasal 8

Dan bagi kamu wajib menjaga beberapa amalan dzikir dan do’a serta wirid-wirid pada saat selesai melaksanakan shalat dan ketika subuh dan sore hari dan ketika hendak tidur, dan ketika bangun dan lain sebagainya dari setiap waktu dan keadaan. Maka apa saja yang diajarkan RasuluLlah SAW bagi umatnya tentu akan menjadi sebab kebahagiaan dan kebaikan serta keselamatannya dari keburukan waktu tersebut. Dan siapa yang menyia-nyiakan akan hal tadi, kemudian menjumpai beberapa hal yang tidak menyenangkan hati, atau terhalang antara dia dengan apa yang ai cintai, maka janganlah menyalahkan kepada siapapun kecuali kepada diri sendiri. Dan barang siapa yang ingin mnegamalkan apa yang telah disebutkan tadi, maka hendaklah mempelajari kitab Al-Adzkaar karya Imam Nawawi RA. Dan yang utama diamalkan ketika selesai melaksanakan shalat maka hendaklah dibaca setelah shalat maktubah ”Allahumma a’innyy ‘alaa dzikriKa wa syukriKa wa husni ‘ibaadatiKa” dan ”dan tasbih 33 X, demikian pula takbir dan tahmid 33 X, dan terakhir ditutup dengan Laa Ilaaha IllaLlah wahdaHu Laa SyariikaLah laHul mulku walaHul Hamdu wahua ‘ala kulli Syai’in Qadiir” dan kalimat yang di atas dapat juga ditambah dengan kata “Yuhyi wa yumiit” dibaca10 kali sebelum mengucapkan kata-kata apapun setelah shalat subuh dan ashar dan maghrib, dan diantaranya juga dibaca kalimat pada waktu pagi dan sore “SubhanaLlah wabihamdiHi 100X” dan “SubhanaLlah wal hamdu luLlah wa Laa Ilaaha IllaLlah HuweaLlaahu Akbar” 100 X, dan “Laa Ilaaha illaLlaah wadaHu laa syariikalaH laHul mulku walaHul hamdu waHuwa ‘ala kulli syai’in qadiir setiap hari 100 X”
Dan jadikan bagimu wirid berupa bacaan shalawat kepada Nabi SAW karena yang demikian ini merupakan washilah / media / perantara yang akan menghubungkan kamu dengan kekasih Allah dan merupakan pintu yang banyak faidahnya bagi kamu dengan perantaraan shalawat ke hadirat RasuluLlah SAW. Sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, yang artinya, “Barang siapa yang bersalawat kepadaku satu kali maka Allah akan berselawat-memberi rahmat- kepadanya 10 kali. Dan juga bersabda RasuluLlah SAW, “Yang paling cinta diantara kamu sekalian kepadaku, dan paling dekat tempat duduk dari kamu sekalian kepadaku adalah yang paling banyak dari akmu yang membaca salawat kepadaku”. Dan sungguh Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada kita semua dalam kitabNya yang mulia dengan firmanNya, “Yaa ayyuhalladziina aamanuu shalluu alaiHi wasallimuu tasliimaa” yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu semua kepadaNya (kepada RasuluLlah SAW) dana ucapkan salam kepadanya dengan sesungguh-sungguh salam”. Maka lakukanlah perintah tersebut dan perbanyaklah dan jangan engkau sedikitkan, dan gabungkanlah antara selawat dan salam serta selawat kepada keluarga Nabi SA. Dan perbanyaklah dari selawat pada malam jum’at dan siang harinya.
Dan Useharusnya bagi kamu untuk memiliki wirid berupa tafakur baik pada malam hari maupun siang hari yang engkau tetapkan waktunya untuk sesaat atau beberapa saat. Dan saat ayng tepat untuk bertafakur adalah aat yang paling luang dan saat yang paling jernih dalam pikiran seperti pada waktu tengah malam. Dan ketahuilah bahwa kebaikan dunia dan agama adalah terletak pada bagusnya tafakur . dan barang siapa yang dianugerahi tafakur, niscaya ia telah diberikan semia kebaikan. Adn sungguh telah terdapat pernyataan yang menyebutkan bahwa tafakur sesaat itu lebih baik daripada ibadah satu tahun. Dan telah berkata Sayyidina Aly KarramaLlaahu WajHah, “tidak ada ‘ibadah seperti tafakur / yang melebihi tafakur dalam hal kebaikannya. Dan ba’dhul ‘aarifiin berkata, “sesungguhnya tafakur adalah pelita hati orang mukmin. Maka apabila hilang pelita itu niscaya tidak akan terang hati itu “. Dan tempat berlalunya tafakur itu banyak sekali, diantaranya (dan yang paling utama) adalah tafakur tentang keajaiban-keajaiban ciptaan Allah pada alam semesta, dan jejak atau bekas dari taqdir Allah baik yanh dhahir maupun bathin, dan apa yang terjadi pada langit dan bumi, dan yang demikian ini akn menambah ama’rifat akan dzat Allah dan sifatNya dan AsmaNya. Adn Allah telah berfirman yang artinya, Dan lihatlah apa saja yang ada di langit dan di bumi. Dan dirimu adalah termasuk pada ciptaanNya yang ‘ajaib maka bertafakurlah tentang dirimu. Dan Allah Ta’ala telah berfirman, Dan di bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin demikian juga pada dirimu, maka apakah kamu tidak melihatnya ?.
Dan hendaknya engkau bertafakur akan’matNya dan pertolonganNya yang sampai kepadamu dan juga akan ni’matNya yang sempurna atasmu. Allah Ta’ala berfirman, “Dan ingatlah kamu semua akan ni’mat-ni’mat Allah kepadamu agar kamu menjadi orang yang beruntung”. Dan Allah juga berfirman, Jika engkau menghitung ni’mat Allah niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya. Dan Allah telah berfirman, Dan ni’mat apa saja yang datang kepadamu, maka sesungguhnya itu dari Allah. Dan hasil dari tafakur yang demikian adalah penuhnya hati dengan mahabbah / cinta dan sibuknya hati dengan bersyukur lahir maupun bathin sebagaimana Allah telah mencintainya dan ridha kepadanya.
Dan seyogyanya engkau bertafakur akan Ilmu Allah yang seluruh meliputi dirimu dan akan penglihatanNya kepadamu. Dan sungguhntelah berfirman Allah Ta’ala, Dan sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang terlintas dalam hatinya dan Kami lebih dekat padanya daripada urat lehernya. Dan Allah Ta’ala berfirman, Dan Dia selalu bersama kamu di mana saja kamu berada dan sesungguhnya Allah melihat apa saja yang kamu perbuat. Dan Allah Ta’ala berfirman, Apakah kamu tiada mengetahui bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di alangit dan di bumi. Dan apa yang ada diantara tiga orang maka Dialah yang ke empatnya. Dan yang diantara lima orang maka Dialah yang ke enamnya. Dan tafakur yang demikian ni akan membuahkan rasa malu pada dirimu jika Allah melihatmu pada apa yang dilarangNya, dan kehilangan kamu pada apa yang diperintahkanNya.
Dan seharusnya engkau bertafakur tentang kekuranganmu dalam beribadah kepada tuhanmu dan berpalingnya kamu pada apa yang dibencinya dengan mendatangi apa yang dilarangnya. Dan Allah Ta’ala berfirman, Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepadaKu. Dan Allah Ta’ala berfirman, Apakah kamu mengira bahwa Aku ciptakan kamu dengan sia-sia, dan kepada Kami kamu semua tidak akan kembali ?. dan Allah Ta’ala berfirman, Wahai manusia, apa yang telah memalingkan kamu dari Tuhanmu Yang Maha Mulia ?. Dan tafakur yang demikian ini akan menambah ketakutanmu kepada Allah dan akan membawamu kepada menghinakan hawa nafsumu dan memandang buruk kepadanya (nafsu), dan menjauhi keteledoran, serta melanggengkan keta’atan kepadaNya.
Dan seharusnya engkau bertafakur akan kehidupan dunia ini dengan segala kerepotannya dan tafakur akan cepat hilangnya dunia, dan bertafakur akan akhirat dan ni’matnya dan keabadiannya. Allah Ta’ala berfirman, Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat agar kamu berfikir tentang dunia dan akhirat. Dan Allah Ta’ala berfirman, bahkan mereka memilih kehidupan dunia, sedangkan akhirat lebih baik dan lebih kekal. Dan Allah Ta’ala berfirman, dan tidaklah kehidupan dunia ini tiada lain seperti sendau gurau belaka, dan sesungguhnya kampung akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya jika mereka mengetahui. Dan tafakur yang demikian akan membuahkan untukmu sifat zuhud kepada dunia dan cinta akan akhirat.
Dan sebaiknya engkau berfikir tentang datangnya maut dan memperoleh kesesahan dan penyesalan sesudahnya. Allah Ta’ala berfirman, Katakanlah (Muhammad) bahwa sesungguhnya kematian yang kamu sekalian lari daripadanya, maka sesungguhnya ia tetap akan menjumpaimu. Kemudian kemu semua akan dikembalikan kepada Allah dzat Yang Maha mengetahui yang ghaib dan yang nyata maka akan diberitakan kepadamu tentang apa-apa yang telah kamu perbuat. Dan Allah Ta’ala berfirman, sehingga apabila telah datang kematian kepada salah satu dari kamu semua maka dia akan mengatakan, Tuhan kembalikanlah aku-ke dunia- agar aku dapat berbuat kebaikan setelah apa yang telah aku tinggalkan –dari melakukannya-. Demikianlah perkataan yang mereka katakan.
Dan Allah Ta’ala juga telah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, jangan sampai hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari dzikir kepada Allah. Sampai firman Nya, Dan Allah tidak akan menunda ajal seseorang apabila telah datang. Manfaat yang dapat diamnbil dari tafakur yang demikian ini adalah memendekkan angan-angan dan membeguskan amal dan memperbanyak bekal untuk kelak di hari akhir (hari kembali kepada Allah.
Dan wajib bagi kamu untuk bertafakur tentang akhlak-akhlak dan amal yang baik yang disifatkan Allah kepada para kekasihNya dan para musuhNya dan bertafakur tentang apa yang disediakan Allah untuk keduanya dari kebikan yang baik yang segera (di dunia) maupun yang ditangguuhkan (di akhirat). Allah Ta’ala berfirman, sesungguhnya orang yang baik akan hidup dalam keni’matan, dan orang-orang yang jahat maka akan mendapatkan siksaan (jahim). Dan Allah Ta’ala berfirman, Maka apakah orang yang beriman itu seperti orang yang fasiq ? Tidaklah sama mereka itu./dan Allah Ta’ala berfirman, Adaun orang-orang yang bertaqwa, niscaya mereka akan kami mudahkan kehidupan mereka. Dan Allah berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang beriman apabila disebut asma Allah maka bergetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatNya maka akan semakin tambahlah imannya. ….bagi mereka akan mendapat ampunan dari Tuhannya dan rizki yang baik. Dan Allah Ta’ala berfirman, Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa mereka akan kami jadikan penguasa di bumi sebagai mana orang-orang yang telah terdahulu.
Dan Allah Ta’ala telah berfirman, Maka apabila telah Kami tetapkan keputusan Kami maka diantara mereka ada yang kami kirimkan angin yang membinasakan, dan diantara mereak ada yang kami siksa dengan seruan yang sangat keras (Shaihah), dan diantra mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula diantara mereka yang Kami tenggelamkan ke dalam laut. Dan tidaklah Allah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri. Da Allah berfirman, dan orang-orang munafik baik laki maupun perempuan, diantara dari mereka saling mengajak kepada perbuatan yang buruk dan meghalangi perbuatan baik. …….dan Allah mela’nat mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan. dan Allah Ta’ala berfirman, dan orang yang beriman baik yang laki maupun yang perempuan saling tolong menolong diantara mereka, saling tolong-menolong dalam kebaikan,……..dan Ridho Allah lebih besar yang demikian itu adalah keberuntungan yang sangat besar. Allah Ta’ala berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan perjumpaan dengan Ku adn mereka hanya rela dengan kehidupan di dunia dan mereka tenang dengannya……. dan hasil dari tafakur yang demikian ini adalah menimbulkan cinta kepada orang-orang yang baik / shaleh / su’adaa’ dan menggerakkan dirinya untuk beramal sebagai mana amal mereka, dan berakhlak dengan akhlak mereka.
Dan sebaiknya engkau dapat menghadirkan pada setiap tafakur akan pemahamannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, dan atsar dan janganlah engkau bertafakur akan dzat Allah dan sifatnya dengan tujuan menganalisa keadaanNya (kaifiyahnya) , dan sungguhntelah diriwayatkan dari RasuluLlah SAW bahwa Beliau bersabda, bertafakurlah kamu sekalia tentang ayat-ayat/tanda-tanda Allah dan janganlah kamu semua ber tafakur tentang dzat Allah. Maka sengkau sesungguhnya tidak akan mampu dari yang demikian ini. Maka yang demikianlah apa yang kami sampaikan dari beberapa adab, dan beberapa tujuan aurad / wirid yang pada intinya adalah Hadirnya hati kepada Tuhan . adn engkau tidak akan dapat sampai kepada yang demikian jika tidak melali jalan ini yaitu melaksanakan amal yang lahiriah yang disertai hadirnya hati kehadirat Allah. Maka apabila engkau telah dapat membiasakan hal ini, maka akan teranglah nuur/cahaya kedekatan kepada Tuhan dan akan mengalirlah ilmu – ilmu ma’rifat. Dan apa bila telah sampai yang demikian, maka hatimu akan selalu menghadap kepada allah secara keseluruhan. Dan jadila ia / hati selalu hadir kehadirat Allah SubhanaHu Wata’ala. Dan terkadang, keadaan yang demikian ini akan berkembang terus sehingga hati mengalami ghaibah dan istighraq (tenggelam) kehadirat Allah dan fana (lenyapnya hati karena yang dilihat hanyalah kebesaran Allah, sehingga yang lainnya lenyap/hilang termasuk dirinya, dan yang ada hanyalah allah) dan lain-lain perolehan yang ditemui oleh para AhliLlah. Dan dasar dari pencapaian tersebut adalah tekun dan bersungguh-sungguh melaksanakan amal dzahir dan menjaganya disamping hatinya selalu merasa hadir bersama Allah. Dan takutlah kamu akan meninggalkan amal meskipun amalan yang ringan dan takutlah tidak melanggengkan amal tersebut karena yang demikian termasuk dalam kebodohan. Dan janganlah melakukan amal karena merasa longgar waktunya dan karena badan sedang merasa enak dalam melakukannya akan tetapi sebaiknya disamakan baik dalam keadaan sibuk maupun longgar, yaitu tetap melaksanakan ketika hati merasa malas, dan menambahnya apabila mendapati waktu longgar. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (VII)

Fasal 7
Dan bagi kamu wajib menjaga beberapa amalan dzikir dan do’a serta wirid-wirid pada saat selesai melaksanakan shalat dan ketika subuh dan sore hari dan ketika hendak tidur, dan ketika bangun dan lain sebagainya dari setiap waktu dan keadaan. Maka apa saja yang diajarkan RasuluLlah SAW bagi umatnya tentu akan menjadi sebab kebahagiaan dan kebaikan serta keselamatannya dari keburukan waktu tersebut. Dan siapa yang menyia-nyiakan akan hal tadi, kemudian menjumpai beberapa hal yang tidak menyenangkan hati, atau terhalang antara dia dengan apa yang ai cintai, maka janganlah menyalahkan kepada siapapun kecuali kepada diri sendiri. Dan barang siapa yang ingin mnegamalkan apa yang telah disebutkan tadi, maka hendaklah mempelajari kitab Al-Adzkaar karya Imam Nawawi RA. Dan yang utama diamalkan ketika selesai melaksanakan shalat maka hendaklah dibaca setelah shalat maktubah ”Allahumma a’innyy ‘alaa dzikriKa wa syukriKa wa husni ‘ibaadatiKa” dan ”dan tasbih 33 X, demikian pula takbir dan tahmid 33 X, dan terakhir ditutup dengan Laa Ilaaha IllaLlah wahdaHu Laa SyariikaLah laHul mulku walaHul Hamdu wahua ‘ala kulli Syai’in Qadiir” dan kalimat yang di atas dapat juga ditambah dengan kata “Yuhyi wa yumiit” dibaca10 kali sebelum mengucapkan kata-kata apapun setelah shalat subuh dan ashar dan maghrib, dan diantaranya juga dibaca kalimat pada waktu pagi dan sore “SubhanaLlah wabihamdiHi 100X” dan “SubhanaLlah wal hamdu luLlah wa Laa Ilaaha IllaLlah HuweaLlaahu Akbar” 100 X, dan “Laa Ilaaha illaLlaah wadaHu laa syariikalaH laHul mulku walaHul hamdu waHuwa ‘ala kulli syai’in qadiir setiap hari 100 X”
Dan jadikan bagimu wirid berupa bacaan shalawat kepada Nabi SAW karena yang demikian ini merupakan washilah / media / perantara yang akan menghubungkan kamu dengan kekasih Allah dan merupakan pintu yang banyak faidahnya bagi kamu dengan perantaraan shalawat ke hadirat RasuluLlah SAW. Sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, yang artinya, “Barang siapa yang bersalawat kepadaku satu kali maka Allah akan berselawat-memberi rahmat- kepadanya 10 kali. Dan juga bersabda RasuluLlah SAW, “Yang paling cinta diantara kamu sekalian kepadaku, dan paling dekat tempat duduk dari kamu sekalian kepadaku adalah yang paling banyak dari kamu yang membaca salawat kepadaku”. Dan sungguh Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada kita semua dalam kitabNya yang mulia dengan firmanNya, “Yaa ayyuhalladziina aamanuu shalluu alaiHi wasallimuu tasliimaa” yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu semua kepadaNya (kepada RasuluLlah SAW) dan ucapkan salam kepadanya dengan sesungguh-sungguh salam”. Maka lakukanlah perintah tersebut dan perbanyaklah dan jangan engkau sedikitkan, dan gabungkanlah antara selawat dan salam serta selawat kepada keluarga Nabi SA. Dan perbanyaklah dari selawat pada malam jum’at dan siang harinya.
Dan seharusnya bagi kamu untuk memiliki wirid berupa tafakur baik pada malam hari maupun siang hari yang engkau tetapkan waktunya untuk sesaat atau beberapa saat. Dan saat yang tepat untuk bertafakur adalah saat yang paling luang dan saat yang paling jernih dalam pikiran seperti pada waktu tengah malam. Dan ketahuilah bahwa kebaikan dunia dan agama adalah terletak pada bagusnya tafakur . dan barang siapa yang dianugerahi tafakur, niscaya ia telah diberikan semua kebaikan. dan sungguh telah terdapat pernyataan yang menyebutkan bahwa tafakur sesaat itu lebih baik daripada ibadah satu tahun. Dan telah berkata Sayyidina Aly KarramaLlaahu WajHah, “tidak ada ‘ibadah seperti tafakur / yang melebihi tafakur dalam hal kebaikannya. Dan ba’dhul ‘aarifiin berkata, “sesungguhnya tafakur adalah pelita hati orang mukmin. Maka apabila hilang pelita itu niscaya tidak akan terang hati itu “. Dan tempat berlalunya tafakur itu banyak sekali, diantaranya (dan yang paling utama) adalah tafakur tentang keajaiban-keajaiban ciptaan Allah pada alam semesta, dan jejak atau bekas dari taqdir Allah baik yang dhahir maupun bathin, dan apa yang terjadi pada langit dan bumi, dan yang demikian ini akan menambah ma’rifat akan dzat Allah dan sifatNya dan AsmaNya. dan Allah telah berfirman yang artinya, Dan lihatlah apa saja yang ada di langit dan di bumi. Dan dirimu adalah termasuk pada ciptaanNya yang ‘ajaib maka bertafakurlah tentang dirimu. Dan Allah Ta’ala telah berfirman, Dan di bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin demikian juga pada dirimu, maka apakah kamu tidak melihatnya ?.
Dan hendaknya engkau bertafakur akan ni’matNya dan pertolonganNya yang sampai kepadamu dan juga akan ni’matNya yang sempurna atasmu. Allah Ta’ala berfirman, “Dan ingatlah kamu semua akan ni’mat-ni’mat Allah kepadamu agar kamu menjadi orang yang beruntung”. Dan Allah juga berfirman, Jika engkau menghitung ni’mat Allah niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya. Dan Allah telah berfirman, Dan ni’mat apa saja yang datang kepadamu, maka sesungguhnya itu dari Allah. Dan hasil dari tafakur yang demikian adalah penuhnya hati dengan mahabbah / cinta dan sibuknya hati dengan bersyukur lahir maupun bathin sebagaimana Allah telah mencintainya dan ridha kepadanya.
Dan seyogyanya engkau bertafakur akan Ilmu Allah yang seluruh meliputi dirimu dan akan penglihatanNya kepadamu. Dan sungguh telah berfirman Allah Ta’ala, Dan sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang terlintas dalam hatinya dan Kami lebih dekat padanya daripada urat lehernya. Dan Allah Ta’ala berfirman, Dan Dia selalu bersama kamu di mana saja kamu berada dan sesungguhnya Allah melihat apa saja yang kamu perbuat. Dan Allah Ta’ala berfirman, Apakah kamu tiada mengetahui bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di alangit dan di bumi. Dan apa yang ada diantara tiga orang maka Dialah yang ke empatnya. Dan yang diantara lima orang maka Dialah yang ke enamnya. Dan tafakur yang demikian ini akan membuahkan rasa malu pada dirimu jika Allah melihatmu pada apa yang dilarangNya, dan kehilangan kamu pada apa yang diperintahkanNya.
Dan seharusnya engkau bertafakur tentang kekuranganmu dalam beribadah kepada Tuhanmu dan berpalingnya kamu pada apa yang dibencinya dengan mendatangi apa yang dilarangnya. Dan Allah Ta’ala berfirman, Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepadaKu. Dan Allah Ta’ala berfirman, Apakah kamu mengira bahwa Aku ciptakan kamu dengan sia-sia, dan kepada Kami kamu semua tidak akan kembali ?. dan Allah Ta’ala berfirman, Wahai manusia, apa yang telah memalingkan kamu dari Tuhanmu Yang Maha Mulia ?. Dan tafakur yang demikian ini akan menambah ketakutanmu kepada Allah dan akan membawamu kepada menghinakan hawa nafsumu dan memandang buruk kepadanya (nafsu), dan menjauhi keteledoran, serta melanggengkan keta’atan kepadaNya.
Dan seharusnya engkau bertafakur akan kehidupan dunia ini dengan segala kerepotannya dan tafakur akan cepat hilangnya dunia, dan bertafakur akan akhirat dan ni’matnya dan keabadiannya. Allah Ta’ala berfirman, Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat agar kamu berfikir tentang dunia dan akhirat. Dan Allah Ta’ala berfirman, bahkan mereka memilih kehidupan dunia, sedangkan akhirat lebih baik dan lebih kekal. Dan Allah Ta’ala berfirman, dan tidaklah kehidupan dunia ini tiada lain seperti sendau gurau belaka, dan sesungguhnya kampung akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya jika mereka mengetahui. Dan tafakur yang demikian akan membuahkan untukmu sifat zuhud kepada dunia dan cinta akan akhirat.
Dan sebaiknya engkau berfikir tentang datangnya maut dan memperoleh kesusahan dan penyesalan sesudahnya. Allah Ta’ala berfirman, Katakanlah (Muhammad) bahwa sesungguhnya kematian yang kamu sekalian lari daripadanya, maka sesungguhnya ia tetap akan menjumpaimu. Kemudian kamu semua akan dikembalikan kepada Allah dzat Yang Maha mengetahui yang ghaib dan yang nyata maka akan diberitakan kepadamu tentang apa-apa yang telah kamu perbuat. Dan Allah Ta’ala berfirman, sehingga apabila telah datang kematian kepada salah satu dari kamu semua maka dia akan mengatakan, Tuhan kembalikanlah aku-ke dunia- agar aku dapat berbuat kebaikan setelah apa yang telah aku tinggalkan –dari melakukannya-. Demikianlah perkataan yang mereka katakan.
Dan Allah Ta’ala juga telah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, jangan sampai hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari dzikir kepada Allah. Sampai firman Nya, Dan Allah tidak akan menunda ajal seseorang apabila telah datang. Manfaat yang dapat diamnbil dari tafakur yang demikian ini adalah memendekkan angan-angan dan membaguskan amal dan memperbanyak bekal untuk kelak di hari akhir (hari kembali kepada Allah.
Dan wajib bagi kamu untuk bertafakur tentang akhlak-akhlak dan amal yang baik yang disifatkan Allah kepada para kekasihNya dan para musuhNya dan bertafakur tentang apa yang disediakan Allah untuk keduanya dari kebaikan yang baik yang segera (di dunia) maupun yang ditangguuhkan (di akhirat). Allah Ta’ala berfirman, sesungguhnya orang yang baik akan hidup dalam keni’matan, dan orang-orang yang jahat maka akan mendapatkan siksaan (jahim). Dan Allah Ta’ala berfirman, Maka apakah orang yang beriman itu seperti orang yang fasiq ? Tidaklah sama mereka itu./dan Allah Ta’ala berfirman, Adapun orang-orang yang bertaqwa, niscaya mereka akan kami mudahkan kehidupan mereka. Dan Allah berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang beriman apabila disebut asma Allah maka bergetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatNya maka akan semakin tambahlah imannya. ….bagi mereka akan mendapat ampunan dari Tuhannya dan rizki yang baik. Dan Allah Ta’ala berfirman, Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa mereka akan kami jadikan penguasa di bumi sebagai mana orang-orang yang telah terdahulu.
Dan Allah Ta’ala telah berfirman, Maka apabila telah Kami tetapkan keputusan Kami maka diantara mereka ada yang kami kirimkan angin yang membinasakan, dan diantara mereka ada yang kami siksa dengan seruan yang sangat keras (Shaihah), dan diantra mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula diantara mereka yang Kami tenggelamkan ke dalam laut. Dan tidaklah Allah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri. Da Allah berfirman, dan orang-orang munafik baik laki maupun perempuan, diantara dari mereka saling mengajak kepada perbuatan yang buruk dan meghalangi perbuatan baik. …….dan Allah mela’nat mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan. dan Allah Ta’ala berfirman, dan orang yang beriman baik yang laki maupun yang perempuan saling tolong menolong diantara mereka, saling tolong-menolong dalam kebaikan,……..dan Ridho Allah lebih besar yang demikian itu adalah keberuntungan yang sangat besar. Allah Ta’ala berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan perjumpaan dengan Ku dan mereka hanya rela dengan kehidupan di dunia dan mereka tenang dengannya……. dan hasil dari tafakur yang demikian ini adalah menimbulkan cinta kepada orang-orang yang baik / shaleh / su’adaa’ dan menggerakkan dirinya untuk beramal sebagai mana amal mereka, dan berakhlak dengan akhlak mereka.
Dan sebaiknya engkau dapat menghadirkan pada setiap tafakur akan pemahamannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, dan atsar dan janganlah engkau bertafakur akan dzat Allah dan sifatnya dengan tujuan menganalisa keadaanNya (kaifiyahnya) , dan sungguh telah diriwayatkan dari RasuluLlah SAW bahwa Beliau bersabda, bertafakurlah kamu sekalia tentang ayat-ayat/tanda-tanda Allah dan janganlah kamu semua ber tafakur tentang dzat Allah. Maka sengkau sesungguhnya tidak akan mampu dari yang demikian ini. Maka yang demikianlah apa yang kami sampaikan dari beberapa adab, dan beberapa tujuan aurad / wirid yang pada intinya adalah Hadirnya hati kepada Tuhan . dan engkau tidak akan dapat sampai kepada yang demikian jika tidak melalui jalan ini yaitu melaksanakan amal yang lahiriah yang disertai hadirnya hati kehadirat Allah. Maka apabila engkau telah dapat membiasakan hal ini, maka akan teranglah nuur/cahaya kedekatan kepada Tuhan dan akan mengalirlah ilmu – ilmu ma’rifat. Dan apa bila telah sampai yang demikian, maka hatimu akan selalu menghadap kepada Allah secara keseluruhan. Dan jadilah ia / hati selalu hadir kehadirat Allah SubhanaHu Wata’ala. Dan terkadang, keadaan yang demikian ini akan berkembang terus sehingga hati mengalami ghaibah dan istighraq (tenggelam) kehadirat Allah dan fana (lenyapnya hati karena yang dilihat hanyalah kebesaran Allah, sehingga yang lainnya lenyap/hilang termasuk dirinya, dan yang ada hanyalah Allah) dan lain-lain perolehan yang ditemui oleh para AhliLlah. Dan dasar dari pencapaian tersebut adalah tekun dan bersungguh-sungguh melaksanakan amal dzahir dan menjaganya disamping hatinya selalu merasa hadir bersama Allah. Dan takutlah kamu akan meninggalkan amal meskipun amalan yang ringan dan takutlah tidak melanggengkan amal tersebut karena yang demikian termasuk dalam kebodohan. Dan janganlah melakukan amal karena merasa longgar waktunya dan karena badan sedang merasa enak dalam melakukannya akan tetapi sebaiknya disamakan baik dalam keadaan sibuk maupun longgar, yaitu tetap melaksanakan ketika hati merasa malas, dan menambahnya apabila mendapati waktu longgar. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (VI)

Fasal 6

Dan seharusnya bagi kamu memiliki amalan dzikir kepada Allah Ta’ala dengan ditentukan waktunya maupun bilangan jumlahnya (tentusaja dengan meminta amalan dari para Masayikh / para Ulama’) karena yang demikian ini untuk mendidik kedisiplinan. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya dzikir adalah termasuk rukun thariqao atau sesuatu yang harus dijalankan bagi orang yang hendak mendekatkan diri kepada Allah, dan dzikir adalah kunci pembuka hakikat dan merupakan pedang bagi murid. Sebagaimana yang dikatakan oleh ba’dhul ‘Aarifiin bahwa sesungguhnya telah berfirman Allah, “Fadzkuruunii Adzkurkum” yang artinya, “maka ingatlah/berdzikirlah kamu semua kepada Ku niscaya Aku akan mengingatmu”. Dan allah telah berfirman, “FasdzkuruuLlaaha qiyaaman wa qu’uudan wa ‘alaa junuubikum” yang artinya, “maka ingat/berdzikirlah kamu sekalian kepada Allah ketika berdiri, dan duduk, dan ketika berbaring diatas punggungmu”.
Dan Allah Ta’ala juga berfirman, “Yaa ayyuhalladziina aamanuudzdzkuruLlaaha dzikran katsiira” yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, dziirlah kamu sekalian kepada Allah dengan dzikir yang banyak”.
Dan telah bersabda RasuluLlah SAW, yang artinya, ”Sesungguhnya Aku tergantung persangkaan hamba-ku kepada-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya selama mereka mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam Diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tempatnya, maka Aku akan menyebut-Nya di tempat-Ku lebih baik dari pada penyebutannya di tempatnya”.
Dan Nabi SAW telah bersabda, “Telah berfirman Allah Ta’ala, ‘Aku adalah teman duduk orang yang berdzikir kepada-Ku.”
Dan Nabi SAW juga telah bersabda, “Maukah kamu sekalian aku tunjukkan sebaik-baik amal kamu semua untuk Tuhanmu, dan lebih dapat mengangkat derajat kamu sekalian, dan yang lebih baik bagi kamu dari pada menginfaqkan emas dan perak dan lebih baik dari keadaan seandainya engkau berjumpa dengan musuh maka engkau memukul pundak mereka demikian juga mereka memukul pundakmu (perang fi sabiliLlah), ?” Maka mereka (para sahabat) menjawab, “Baik Yaa RasuluLlah”. Maka Nabi bersabda, ‘DzikruLlah yaitu dzikir kepada Allah”.
Dan dengan dzikir banyak sekali buah dan manfaatnya bagi orang yang bersungguh-sungguh mengamalkannya dengan adab dan hadirnya hati di hadapan Allah Ta’ala. Dan minimal buah hasil dari dzikir adalah rasa manis lezat yang dirasakan di dalam hati yang dapat mengalahkan segala sesuatu disekelilingnya misalnya kelezatan dunyawiyah. Sedang paling tinggi buah dari dzikir adalah apabila ia fana (hilanglah segala sesuatu) karena mengerasnya Yang di ingat yaitu Allah bahkan ia sendiri tidak fana / ingat akan dirinya sendiri -karena terkalahkan oleh Yang diingat/disebutnya. Dan juga fana/lenyap dari segala sesuatu selain Dia.
Dan barang siapa yang duduk dalam keadaan suci baik dari hadats maupun najis di tempat yang sunyi (khalwat) dengan menghadap kiblat menenangkan pandangan matanya, menundukkan kepalanya kemudian berdzikir kepada Allah dengan hati yang hadir ke hadapan Allah maka hatinya akan melihat dan merasakan bekasnya dzikir secara nyata. Dan apabila ia terus dalam keadan yang demikian maka nuurul qurbi / cahaya kedekatan akan menyiinarinya dan akan terbuka baginya asraarul ghaibi yaitu rahasia sesuatu yang ghaib. Dan seutama-utamanya dzikir dalah apabila terwujud bersama-sama antara dzikir hati dan lisan. Dan yang dimaksud dzikrul qalbi /dzikir hati adalah apabila bisa hadir ke dalah hati akan makna apa yang diucapkan oleh lisan. Seperti Taqdis dan tahmiid (Pemahasucian dan pemujian) kepada Allah ketika tasbih dan tahlil. Dan dzikir adalah wirid yang abadi / da’im maka berusahalah agar lisan senantiasa basah dengan sebab dzikir dalam keadaan apapun kecuali pada waktu yang tidak memungkinkannya untuk melaksanakan dzikir tersebut seperti ketika membaca Al-Qur’an dan tafakur. Dan jadikan ibadah yang demikian ini sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan janganlah terpancang dengan hanya satu macam dzikir saja akan tetapi sebaiknya memiliki amalan dzikir yang berfariasi. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (V)

Fasal 5

Dan seharusnyalah bagi kamu memiliki wirid / amalan yaitu mempelajari atau membaca Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang akan menambah pengetahuanmu (ma’rifatmu) akan Dzat Allah dan sifatNya dan Af’al / perbuatanNya, dan dengan ilmu tersebut engkau akan mengetahui perintah –perintahNya yang mendorongmu untuk ta’at kepadaNya, serta larangan-laranganNya yang mencegahmu untuk bermaksiyat kepadaNya, sehingga yang demikian itu akan menyebabkan kamu zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat. Dan dengan Ilmu yang bermanfaat tersebut akan memperlihatkanmu akan Aib atau cacat dirimu dan akan dapat diketahui bahaya hasil perbuatanmu, serta tipudaya musuh-musuhmu. Maka yang demikian inilah Ilmu yang bermanfaat yang tertera di dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul SAW, dan kitab para Aimmah atai para imam pemimpin umat. Dan Imam Al-Ghazali telah mengumpulkannya dalam kitabnya yang sangat mulia (Ihya’ Ulumuddin), yang sangat besar faidahnya bagi orang yang memiliki Bashiirah / mata hati dan gemar akan Ilmu agama dan keyakinan yang sempurna, maka bersungguh-sungguh mereka dalam mempelajari kitab tersebut, demikian juga bagi kamu jika kamu benar bersungguh-sungguh ingin menempuh jalan akhirat, dan berkeinginan untuk sampai / wushul kepada martabat hakikat. Dan sungguh kitab tersebut dijadikan rujukan para ahli pencari hakikat yaitu para sufi dan mereka memperoleh faidah yang sangat besar dalam waktu yang relatif singkat, semua karena berkah Al-Imaam Al-ghazaali ra.
Dan seharusnyalah bagi kamu memperbanyak membaca kitab hadits dan tafsir dan mempelajari kitab yang umum/kebanyakan dipelajari oleh para alim ulama, karena yang demikian itu akan dapat membukakan hati dan jalan yang sempurna menuju kedekatan dengan Allah seperti yang dikatakan sebagian Arifiin. Akan tetapi hendaklah berhati-hati apabila menelaah beberapa risalah yang membahas masalah-masalah yang sangat halus/lembut dan masalah hakikat dengan belajar sendiri tanpa didampingi seorang guru / Syaikh pemimbing, dan masalah yang demikian ini banyak dijumpai dari risalah-risalah yang di karang oleh beberapa pengarang seperti Syaikh Muhammad ‘Arabi dan beberapa risalah dari Al-Imam Al-Gazali RA seperti kitab Al-Ma’aarij. Apabila ada orang yang berkata, “sesungguhnya tidak mengapa bagi kami mempelajari kitab-kitab tersebut karena sesungguhnya kami hanya mengambil apa-apa yang kami faham atasnya dan beriman terhadap apa yang tidak kami fahami dari kitab tersebut”, maka jawabannya adalah “sesungguhnya dihawatirkan bagimu bahwa apa yang engkau fahamkan dari kitab tersebut tidak sama dengan apa yang dikehendaki oleh pengarangnya maka akan menjadi tersesat dari jalan yang benar, seperti yang terjadi pada beberapa kaum yang muthala’ah kitib-kitab tersebut tanpa pembimbing seorang Syaikh maka menjadi Zindiq dengan pernyataan mereka mengenai hulul dan ittihaad (manunggaling kawulo gusti) – penyatuan antara hamba dengan TuhanNya…….Na’udzubiLlahi min dzalik. Continue Reading»

Risalatul Mu'awanah (IV)

Fasal 4
Dan wajib bagi kamu sekalian untuk memakmurkan segenap waktumu dengan berbagai macam amal ibadah sehingga tidak ada waktu yang kosong baik malam maupun siang kecuali engkau isi dengan berbagai amal kebajikan. Maka dengan demikian akan terlihatlah bagimu berkah waktumu dan akan menghasilkan faidah yang besar dari umurmu, dan kelanggenganmu dalam menghadap kepada Allah Ta’ala. Dan seyogyanya engkau jadikan waktu tersendiri untuk kebiasanmu sehari-hari seperti makan dan minum dan pergi bekerja. Dan waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah modal hidupmu dan dengan waktumu itulah engkau mulai berniaga-untuk akhirat yang akan mengantarkanmu kepada kebahagiaan yang abadi di dalam kedekatan dengan Allah. Maka setiap nafas dari seluruh nafas adalah mutiara yang tidak terhitung nilainya, dan apabila telah lewat –nafas itu- maka tidak ada gantinya. Dan tidak seharusnya engkau menggunakan seluruuh waktumu dengan hanya satu wirid meskipun wirid tersebut termasuk wirid yang utama. Karena yang demikian itu akan menghilangkan berkahnya banyaknya bilangan bermacam-macam wirid.. karena pada setiap wirid mempunyai efek sendiri-sendiri di dalam hati. Dan mempunyai nuur dan keistimewaan tersendiri dari Allah. Dan ketahuilah sesungguhnya bagi tiap-tiap wirid memiliki bekas yang bermacam-macam yang berguna untuk membersihkan hati dan memperbaiki tingkah laku lahiriah , dan jika engkau tidak termasuk orang yang dapat mencurahkan semua waktumu untuk melakukan wirid, maka pilihlah pada waktu-waktu yang khusus/tertentu dan engkau bayar pada waktu yang lain apabila engkau sempat meninggalkannya –pada waktu yang telah ditentukan tersebut, yang demikian ini untuk mendidik nafsu dalam berdisiplin menjaga amalan wirid tersebut.
Sayyidy Syaikh Abdurrahman as-Saqaf telah berkata,”man lam yakun lahu wirdun fahuwa qirdun yang artinya-barang siapa yang tidak memiliki wirid maka ia tak ubahnya seperti kera-. Dan telah berkata sebagian orang ‘arifiin (orang yang sangat mengenal Allah) , “Al-Waarid (sesuatu yang datang dari Allah – seperti ilham dll) itu tergantung dari Wirid. Maka barang siapa yang tidak memiliki Wirid pada dhahiriahnya, maka tidak akan ada wariid pada bathiniahnya/sirrnya. Dan wajib bagimu untuk selalu jujur dan selalu adil dalam segala hal dan laksanakanlah amal yang sekiranya engkau dapat melanggengkannya / mudawwamah dan sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW amal yang paling disenangi/dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun hanya sedikit. Dan RasuluLlah SAW juga telah bersabda ambilah dari amal apa yang engkau rasa mampu karena sesungguhnya Allah tidak akan berpaling hingga mereka berpaling. Dan sebagian dari kebiasaan syaithan dalam menipu murid/orang yang sedang belajar menempuh jalan Allah, adalah mengajak mereka bergegas melakukan amal yang banyak dan tujuan syaithon dari yang demikian ini adalah agar kelak mereka)para murid) meninggalkan amal baik tersebut pada akhirnya, atau melakukannnya akan tetapi tidak sesuai dengan tuntutanyang seharusnya. Maka kemudian dari beberapaa aurad / wirid /zikir, yang dapat engkau lakkukan adalah memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, atau membaca ilmu, atau bertafakur. Kemudian kami terangkan beberapa adab, oleh karena itu seyogyanya bagi kamu memiliki wirid semisal shalat sunnah sebagai tambahan dari shalat-shalat sunah yang lain, yang ditentukan waktunya dan di dikira kirakan jumlahnya sekiranya akan dapat dilakukan secara terus menerus. Dan sungguh sebagian para Ulama salafushalih rahimahumuLlaah telah melaksanakan shalat dalam sehari semalam sebanyak 1000 reka’at seperti Imam Ali bin Husein ra. Dan sebagian dari mereka ada yang melaksanakan 500 reka’at, ada yang melaksanakan 300 reka’at dan lain sebagainya.
Dan ketahuilah sesungguhnya di bagi amalan shalat ada bentuk lahir dan hakekat bathinnya. Dan tiadalah shalat itu dihargai oleh Allah, hingga disempurnakan amaliah lahiriahnya dan hakikat bathiniahnya. Adapun kesempurnaan bentuk shalat adalah kesempurnaan rukun-rukunnya, dan etika/adab lahiriah dari berdirinya, pembacaan Al-Qur’annya, dan ruku’ dan sujud dan tasbih dan sebagainya. Adapun hakekatnya adalah hadir bersama Allah, ikhlasnya niat, dan menjadikan Allah sebagai tujuan dan menghadap dengan kesungguhan kepada Allah demikian juga segenap hatinya ditujukan kepada Allah, dan hendaknya pikirannya di dikonsentrasikan / tidak banyak memikirkan sesuatu maka dirinya tidak bercakap-cakap dengan selain perkara shalat. Dan seyogyanga beradab sebagimana adabnya orang yang sedang bermunajat/berbisik-bisik dengan Tuhannya . telah bersabda RasuluLlah SAW, “sesunggunya orang yang shalat adalah orang yang sedang bermunajat kepada Tuhannya. . dan Nabi SAW telah bersabda, “apa bila seorang hamba berdiri melaksanakan shalat, maka sesungguhnya Allah berhadapan dengan nya dengan wajahNya . dan sebaiknya ia tidak melaksanakan shalat shalat sunnah yang lain segingga ia telah melaksanakan amal sunnah yang telah dianjurkan oleh Nabi SAW secara sempurnna , diantara shalat sunnah yang dianjurkan itu aantara lain beberapa rekaat sebelum shalat maktubah/shalat wajib yang 5 waktu ataupun beberapa rekaat sedudahnya, dan diantaranya juga shalat witir yang termasuk shalat sunnah muakkad bahkan sebagian ulama mewajibkannya. RasuluLlah SAW telah bersabda.-Sesungguhnya Allah Ta’ala ganjil dan senang dengan yang ganjil maka berwitirlah kamu semua wahai ahli Al-Qur’an. Dan RasuluLlah SAW bersabda sesungguhnya witir adalah sesuatu yang haq/benar maka barang siapa yang tidak berwitir maka bukanlah golongan kami. Dan banyaknya bilangan reka’at shalat witir adalah 11 reka’at sedangkan yang paling sedikit adalah hendaklah meringkas sampai tiga reka’at adapun pengerjaannya adalah pada akhir waktu malam bagi orang yang membiasakan diri mengerjakan shalat malam. RasuluLlah SAW bersabda Jaadikanlah akhir shalat kamu sekalaian dengan shalat witir. Dan bagi orang yang tidak memiliki kebiasaan megerjakan shalat malam / qiyamul lail maka lebih utama mengerjakannya setelah habis shalat Isya .
Dan termasuk shalat sunah yang dianjurkan Nabi SAW adalah shalat dhuha dan dia/shalat dhuha adalah shalat yang banyak sekali manfaat dan barokahnya. Banyaknya bilangan reka’at adalah 8 reka’at dan ada pula yang mengatakan 12 reka’at. Dan paling sedikitnya adalah 2 rekaat. Telah bersabda RasuluLlah SAW hendaklah kamu sekalian menjadikan seluruh anggota badan sebagai sedekah. Maka sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, dan setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah, dan setiap amar ma’ruf adalah sedekah, dan nahi mungkar adalah sedekah. Dan telah mencukupi dari yang demikian itu semua 2 reka’at yang dilakukan pada waktu dhuha. Dan tremasuk shalat yang dianjurkan adalah shalat antara Maghrib dan Isya’. Adapun banyaknya adalah 20 rekaat, dan yang sedang adalah 6 reka’at. RasuluLlah SAW telah bersabda Barang siapa yang megerjakan shalat 2 reka’at antara dua Isya’ maka Allah akan membangunkan baginya rumah di dalam surga. Dan RasuluLlah bersabda Barang siapa mengerjakan shalat sunah setelah maghrib 6 reka’at dimana diantara keduanya dia tidak bercakap-cakap dengan sesuatu yang buruk maka yang demikian itu menyamai baginya dengan beribarah selama 12 tahun dengan menghidupkan saat antara maghrib dan isya’. Dan sungguh telah datang banyak keterangan tentang fadhilah atau keutamaan shalat diantara Maghrib dan Isya’ dan akan mencukupililah keterangan berikut ini yaitu bahwasanya Ahmad bin Abil Hawary ketika bermusyawarah dengan syaikhnya Abaa Sulaiman RohimahumaLlooh, apakah lebih baik ia berpuasa pada siang hari ataukah mendirikan shalat diantara waktu maghrib dan isya’, maka syaikh Abaa Sulaiman berkata, “kumpulkanlah keduanya-artinya laksanakan keduanya-. “. Kemudian ia bertanya lagi, “aku tidak mampu melaksanakan keduanya, karena apabila aku berpuasa maka aku akan disibukkan dengan berbuka puasa pada saat itu”. Maka Syaikh Abaa Sulaiman menjawab, “ jikalau engkau tidak mampu untuk mengumpulkan keduanya, maka tinggalkanlah puasa dan hidupkanlah shalat diantara dua ‘Isya’ (antara maghrib dan isya’)”. Sayyidatina ‘Aisyah RA berkata, “tidaklah masuk RasuluLlah SAW ke kediaman saya setelah shalat Isia’ yang akhir kecuali beliau SAW melaksanakan shalat empat reka’at atau enam reka’at dan Beliau SAW bersabda, “empat reka’at yang demikian telah menyamai daripada Lailatul Qadar. Dan suatu keharusan bagi kamu untuk mengerjakan Shalatul Lail /Shalat malam , sungguh telah bersabda RasuluLlah SAW, “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. Dan bersabda RasuluLlah SAW, “Keutamaan shalat malam dibandingkan dengan shalat pada waktu siang hari adalah seperti kelebihannya sedekah secara tersembunya dibanding dengan sedekah secara terang-terangan”. Dan telah datang keterangan yang menyebutkan bahwa keutamaan sedekah secara tersmbunyi dibanding dengan sedekah secara terang-terangan adalah berlipat 70 lipatan dalam hal pahala dan keutamaannya. Telah bersabda RasuluLlah SAW, “Bagi kamu sekalian untuk mengerjakan shalat malam karena sesungguhnya shalat malam itu adalah amalan orang-orang shaleh sebelum kamu sekalian, dan tempat bermuqorrobah bagi kamu sekalian kepada Tuhanmu, dan saat bertafakur akan maksiyat yang dilakukan, dan membersihkan dari dosa, dan penolak penyakit dari jasad kamu sekalian”.
Dan ketahuilah sesunggunya orang yang mendirikan shalat ba’dal Isya’ adalah sungguh telah menghidupkan seluruh malamnya. Dan telah terjadi pada sebagian Ulama salaf melaksanakan amalan shalat pada Awwal malam hari. Akan tetapi pengerjaannya pada saat setelah bangun tidur pada malam hari adalah lebih menghinakan syaithan dan menjadi perjuangan nafsu / mujahadatunnafsi dan sirr / rahasia yang sangat ‘aja’ib , dia itulah shalat tahajjud dimana Allah telah memerintahkan RasulNya SAW untuk mengerjakannya dengan firmannya, “Waminallaili fatahajjad bihii naafilatallak “. “Dan pada sebagian malam maka bertahajudlah sebagai amalan sunnah bagi Kamu”. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang hamba manakala ia bangun malam diantara keluarganya yang lain yang sedang tidur lalu ia mengerjakan shalat dan Allah memamerkannya kepada MalaikatNya dan Allah menghadapinya dengan WajahNya yang Mulia.
Dan ketahuilah sesungguhnya termasuk suatu keburukan apabila orang menginginkan Akhirat akan tetapi meninggalkan shalat malam. Maka bagaimana ? bahwa seorang murid-orang yang menginginkan sampai kepada Allah- bahwa ia senantiasa mengharapkan tambahan rahmat pada setiap waktunya, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Sesungguhnya pada setiap malam ada suatu saat yang apabila seorang hamba menjumpai saat itu kemudian ia meminta suatu kebaikan kepada Allah tentang urusan dunia maupun akhirat melainkan Allah akan memberikannya, dan yang demikian itu terjadi setiap malam HR Muslim. Dan pada sebagian kitan Allah yang diturunkan, Allah Ta’ala berfirman, “sungguh telah bohong orang yang mengaku mencintaiKu, apabila malam telah larut lantas ia tertidur dariKu. Bukankah setiap orang yang mencintai akan selalu ingin bersendirian dengan yang dicintainya”. Syaikh Ismail bin Ibrahim AL-Jibraani rahimahuLloohu berkata, “semua kebaikan akan terkumpul semuanya pada waktu malam”-tentu saja apabila digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT-. RasuluLlah SAW bersabda yang artinya, “sesungguhnya Allah Ta’ala turun paad tiap-tiap malam ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiganya yang akhir. Maka Allah Ta’ala berifrman, ‘Adakah yang berdo’a akan sesuatu niscaya akan ijabahi, dan adakah yang meminta ampunan kepadaKu maka akan Aku ampuni, dan adakah yang meminta sesuatu niscaya akan Aku beri, dan adakah orang yang bertaubat maka akan Aku beri taubat kepadanya yang demikian itu hingga terbit fajar”. Dan bagi orang yang ‘Aarif biLlah pada mendirikan shalat malam terdapat / merupakan tempat turunnya rahmat Allah / manziilaat yang sangat mulia, yang banyak sekali dan beberapa kehebatan rasa (Dzauq) yang sangat lembut yang dapat mereka rasakan di dalam hati mereka akan ni’matnya berdekatan dengan Allah dan lezatnya bersama-sama Allah dan manisnya bermunajah dan indahnya bercakap-cakap kepada Allah / Muhadastah. Sebagian dari mereka / Aarifuu berkata, “seandainya ahli surga merasakan apa yang kami rasakan niscaya mereka merasakan hidup yang sangat menyenangkan”. Dan sebagian dari mereka Arifuun berkata, “sesungguhnya Ahlullail-orang yang ahli menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah-dalam menikmati malamnya seperti Ahlullahwi-orang yang senang bersendau gurau- dalam menikmati sendau guraunya”. Dan berkata sebagian dari mereka para Arifuun, “semenjak empat puluh tahun tidak ada sesuatu yang mengecutkan hatiku kecuali munculnya fajar”. Tentu saja nikmat yang demikian ini tidak akan terjadi kecuali setelah melalui usaha yang terus menerus dan menanggung penderitaan yang berat dalam menghidupkan ibadah di waktu malam, sebagaimana yang dikatakan oleh Utbatul Ghulam “telah datang malam selama dua puluh tahun dan selama itu pula aku merasakan kenikmatan”
(Dan jika apa yang harus di laksanakan untuk mendirikan shalat malam/ibadah malam hari dan berapa reka’at sebaiknya shalat malam dilakukan ?). maka ketahuilah sesungguhnya RasuluLlah SAW tidak mengajarkan dalam shalat tahajud akan bacaan surah-surah tertentu, akan tetapi baik juga dilakukan dengan membacanya sedikit demi sedikit ketika berdiri melakukan shalat sehingga dapat khatam dalam satu bulan, atau kurang atau lebih tergantung dari kemampuan. Adapun bikangan reka’at maka banyaknya adalah sebagaimana RasuluLlah SAW mendirikan shalat malam yaiut 13 reka’at, dan yang sedang bisa 9 atau 7 reka’at. Akan tetapi kebanyakan yang diajarkan adalah 11 reka’at . dan disunahkan ketika bangun dari tidur hendaklah engkau mengusap wajah dengan tangan seraya mengucapkan kalimat, “AlhamduliLlaahilladzii ahyanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaiHinnusyuur”. Yang artinya, “Segala puji bagi Allah yang telah manghidupkan aku setelah kematianku dan kepadaNyalah tempat kembali”. Dan kemudian membaca Inna fii kholqissamaawaati wal ardhi wakhtilaafillaili wannahaari la aayaatill li ulul albaab……dan seterusnya sampai akhir surah.
Kemudian setelah itu bangun dari tepat tidur lalu ber wudhu dengan wudhu yang sempurna, kemudian shalat dua rekaat secara ringkas (tidak terlalu panjang) syukril wudhu, kemudian shalatlah setelah itu delapan reka’at dengan memanjangkannya, dengan salam pada setiap dua reka’at atau setiap empat reka’at, atau sekaligus delapan reka’at dengan satu salam. Dan apabila masih dirasa mampu, maka berdirilah mengerjakan shalat Continue Reading»